SECARA etika, seseorang yang memanfaatkan ilmu siker itu tidak diperbolehkan menyakiti dengan pukulan atau bentuk kekerasan yang lain, terlebih lagi mempermalukan dengan cara mempertontonkan kepada banyak orang.
Bahkan etika yang berlaku, mereka yang terjerat itu diberi sedekah, ini sebagai ganti rugi karena selama terjerat itu dia itu sangat tertekan dan ada rasa takut yang luar biasa, apalagi efek dari amalan hizib Barqi itu walau bacaannya pendek.
Namun efeknya terkadang mempermalukan dan sekaligus menyakitkan. Sebagian dari hizib itu, jika diartikan “Aku melempar tentara musuh yang datang dari segala penjuru dengan Nama-Mu. Aku lempar dalam keadaan hancur lebur. Hanya Engkau yang aku harapkan ya Allah, cerai beraikan tentara musuh jika (mereka) bermaksud jahat kepadaku sehingga aku selamat.”
Dalam pandangan spiritual, ilmu yang digali melalui metode wirid, yaitu membaca amalan-amalan rutin dengan jumlah pengulangan itu diibaratkan “menabung energi”. Cara ini ibarat mengumpulkan yang sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.
Karena itu, melalui jalur wirid atau doa rutin, jangan mengharapkan hasil yang instan. Nikmati aktivitas itu sebagai kebutuhan rohani. Karena dalam ketekunan dan kesabaran, memosisikan suatu amalan (doa) itu sebagai kebutuhan rohani, dan bukan beban yang harus dilakukan.
Selain untuk keperluan rasa aman, doa juga diposisikan sebagai sarana agar lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Maka, tradisi slow tanpa target saat mengamalkan konsep spiritual itu tidak wajib disertai dengan keinginan melihat hasilnya dan bentuk keajaibannya.
Karena mereka yakin, dengan istikamah atau sikap teguh pendirian menjaga kerutinan, itu yang menghasilkan karamah atau kemuliaan. Maka, para spiritualis berpedoman pada hadis, seseorang yang banyak mengingat Tuhan pada saat suka, maka Tuhan akan mengingatnya ketika susah (bahaya).
Dan bentuk ingatnya Tuhan itu sering kali diperlihatkan dalam bentuk pertolongan yang ajaib dan di luar logika. Dan aktivitas wirid atau doarutin itu termasuk upaya menabung energi doa, dan bentuk dari terkabulnya doa itu ada beberapa kemungkinan.
Yaitu, doa yang dikabulkan seketika, ada yang ditunda (pengabulannya) bahkan ada yang tidak atau belum dikabulkan, namun diganti dalam pemberian lain, yang lebih baik dan lebih diperlukan.
Kemungkinan lain, ada doa yang tidak dikabulkan, namun diberi atau diganti ampunan dosa atau dijauhkan dari bencana. Memahami hal itu, posisi wirid menjadi penting bagi mereka yang mengharap perlindungan dan kemudahan dari segala urusan.
Wirid itu identik dengan aktivitas menabung yang manfaatnya tidak harus dirasakan pada saat dia berdoa saja, melainkan ketika nanti yang berdoa itu lebih membutuhkan, atau dikabulkan pada saat yang kritis, dalam bentuk pertolongan yang kualitasnya lebih baik dari apa yang dibayangkan sebelumnya.
Artinya, jika seorang rajin berdoa dalam keadaan suka maupun duka, jika kemudian dia mengalami keajaiban pada keadaan darurat, bisa jadi hal itu akibat dari doa yang dipanjatkan pada bulan lalu, tahun lalu, atau bahkan puluhan tahun yang lalu.
Karena apa pun jenis suatu amalan, baik itu doa, wirid, ajian atau asmak, yang menentukan itu bukan jenis apa yang dibaca atau diamalkan. Namun, hal itu lebih ke arah siap yang mengamalkannya dengan sungguh-sungguh.
Banyak yang mencapai taraf spiritual tinggi atau memiliki kekuatan batin kuat itu disebabkan istikamah menjalankan amalan yang diyakini dan ditekuninya. Sebagai contoh, mengamalkan perbuatan yang baik walau itu kecil (sedikit), tetapi rutin.
Pengertian istikomah barasal dari bahasa Arab, istiqamah yang artinya tegak lurus, terutama yang berkaitan dan mempertahankan keimanan mesikipun banyak godaaan atau ujian. Ini mencerminkan kesungguhan hati yang dapat mengantarkan pada kemuliaan atau karomah.
Dan itu termasuk yang disukai-Nya, sebagaimana hadis Nabi SAW: Tuhan senang kepada hamba yang jika bekerja dia melakukan dengan sungguh-sungguh. Dan, amal perbuatan yang disenangi Allah itu yang dilakukan terus-menerus walau itu kecil (sedikit).” Habis