blank
Sulismanto

Oleh Sulismanto*

“Om, buat ulasan (tentang kata) kegiatan menjadi giat, dong.”

Kalimat tersebut masuk ke gawai saya melalui layanan pesan WhatsApp. Sebagaimana yang didapati oleh pengirim pesan, saya juga cukup sering melihat kekeliruan penggunaan kata giat. Misalnya dalam kalimat “Giat penghijauan lahan …”, “Giat kemah …, “Giat seminar…, dan sebagainya.

Contoh-contoh seperti ini tidak hanya bisa kita jumpai di status media sosial seseorang. Nyatanya, penulis pun pernah mendapatinya di dokumen resmi hingga di berita yang diterbitkan oleh media massa. Demikian pula di akun media sosial instansi pemerintah.

Bagi siapa pun yang terbiasa menggunakan kata giat dalam posisi tersebut, kalimat di atas tentu terasa biasa. Namun bagi yang lain, ada yang terasa ganjil.

Dalam kalimat-kalimat di atas, seharusnya bukan kata giat yang ada di sana, melainkan kegiatan. Sehingga semua contoh kalimat di atas, bisa dikoreksi menjadi “Kegiatan penghijauan lahan…”, “Kegiatan kemah …, “Kegiatan seminar…”, dan sebagainya.

Dalam pendapat penulis, sebuah tulisan—termasuk kalimat—selalu memiliki “rasa”. Enak atau tidaknya, ganjil atau genapnya, dan renyah atau alotnya, selalu bisa dirasakan saat tulisan itu dibaca.

Penutur bahasa Indonesia bisa melakukan koreksi atau setidaknya mencerna “rasa” sebuah kalimat, meski dia tidak tahu penjelasannya—dengan pengetahuan linguistik—seperti apa. Apalagi ketika harus memberi penjelasan ilmiah, akan banyak istilah linguistik yang harus dipahami secara bertahap. Namun jika harus disertai dengan penjelasan, maka perbedaan jenis kata antara giat dengan kegiatan dapat kita gunakan.

Pada pengelompokan kelas kata, giat merupakan kata sifat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diberi label a (adjektiva). Sedangkan kegiatan merupakan kata benda. Labelnya n (nomina).

Sesuai KBBI, adjektiva (kata sifat) adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan secara umum dapat bergabung dengan kata lebih dan sangat. Sedangkan nomina (kata benda) adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, misalnya rumah adalah nomina karena tidak mungkin dikatakan tidak rumah, biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa.

Jelas, penggunaan kata giat yang tepat adalah untuk menerangkan kata benda (nomina), misalnya dalam kalimat “Budi (kata benda) giat belajar” atau “Budi sangat giat belajar”. Contoh lain, “Pak Somad giat bekerja” atau “Pak Somad lebih giat bekerja dibanding karyawan lain.

Karena giat merupakan kata sifat, maka kata ini bisa digunakan untuk menerangkan kegiatan yang merupakan kata benda. Bukti ini sebagaimana dalam kalimat: “Kita perlu lebih giat dalam melakukan kegiatan belajar”; “Organisasi kepemudaan itu, giat dalam kegiatan penanaman pohon”; atau “Barung SDN 2 Suwawal paling giat dalam kegiatan Pesta Siaga”.

Jika contoh-contoh di atas belum cukup bisa menjadi penjelasan, tampaknya, kita masih harus lebih giat dalam kegiatan belajar. Harapannya, kita mampu memberi penjelasan yang lebih mudah dipahami.

*Penulis adalah Jurnalis Pemkab Jepara