Peserta literasi sejarah Historical Study Trips berada di SMPN 1 Gombong, Kebumen, baru-baru ini.(Foto:SB/Humas HST)

GOMBONG (SUARABARU.ID) – Untuk kesekian kali komunitas Historical Study Trips Kebumen menggelar jalan-jalan asyik sembari melacak peta pendidikan di kota Gombong pada era Kolonial.

Uniknya, dari kegiatan telusur tempo dulu ini belasan peserta memperoleh berbagai pengetahuan masa lalu yang sangat berharga. Utamanya, bagaimana potret pendidikan di Gombong pada era Politik Etis atau politik balas  budi.

Menurut Teguh Hindarto dari Historical Study Trips selaku pemandu kegiatan, Politik Etis atau Politik Balas Budi merupakan pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah Kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi.

Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa yang menyengsarakan pribumi. Dengan kata lain, politik etis merupakan sikap hutang budi dari pihak Belanda untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Pemikiran ini kemudian direspons oleh Ratu Wilhelmina (dilantik sebagai Ratu sejak 6 September 1898) pada 17 September 1901. Melalui pidatonya Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tersebut ke dalam kebijakan Politik Etis, yang terangkum dalam program Trias Van Deventer yang meliputi, emigrasi, irigasi, educatie.

Teguh Hindarto memberi penjelasan kepada peserta historical study trips di SMPN2 Gombong, baru-baru ini.(Foto:SB/Humas HST)

Melalui kegiatan study trip sesi ke-12 yang diselenggarakan oleh Historical Study Trips dengan tema, “Potret Pendidikan di Gombong Era Politik Etis”, baru-baru ini, pemandu mengajak peserta untuk memahami dampak politik etis di bidang pendidikan, khususnya di Gombong.

Gombong dipilih karena kota ini memang unik. Pernah menjadi Markas Belanda era Kolonial dengan peninggalan benteng Van der Wicjk. Masih ada berbagai peninggalan bangunan tua bekas gedung sekolah, asrama militer, rumah sakit hingga tempat ibadah bergaya kolonial.

Dari kegiatan ini para peserta mendapatkan pengetahuan masa lalu kotanya. Khususnya  mengenai keberadaan beberapa sekolah di Gombong masa kini. Ternyata di era Hindia Belanda pernah menjadi sekolah-sekolah yang berkembang, khususnya di masa Politik Etis diberlakukan sebagai sebuah kebijakan.

Beberapa sekolah yang dimaksudkan antara lain SMPN 2 Gombong, dahulu bernama Christelijke Hollandsch Inlandsch School (C.H.I.S) sejak 1913. SDN 3 Gombong dahulu bernama Kartini School.

Kemudian ada Hotel van der Wijck dahulu pernah menjadi pusat pendidikan kemiliteran untuk anak-anak remaja bernama Pupillen School di tahun 1858-1912 yang jauh sebelum Politik Etis diberlakukan.

Bahkan SMPN 1 Gombong dahulu adalah Europeesche Lagere School, sekolah dasar untuk umum dengan pengantar bahasa Belanda. SMAN 1 Gombong di tahun 1904 pernah menjadi sekolah Tiong Hoa Hwee Koan.

Para pengampu kegiatan di study trip ini Teguh Hindarto, Alona Ong dan Khasbi Fathoni. Para peserta cukup beragam. Bahkan ada beberapa guru yang terlibat antusias dalam kegiatan ini.  Peserta mengaku sangat tercerahkan mengikuti perjalanan bernuansa literet sejarah di Gombong.

Komper Wardopo