blank
Executive Director Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE) - UNESCO C2C, Prof. Ignas Sutapa (batik merah), dan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, memberi keterangan pers di Balai Kota Semarang, Jumat (22/3/2024). Foto: hp

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Executive Director Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE)-UNESCO C2C, Prof Ignas Sutapa memuji program penanganan stunting di Kota Semarang.

Beberapa upaya yang telah dilakukan yaitu pemenuhan gizi bagi ibu hamil atau calon ibu dan anak periode 1.000 hari, sosialisasi peran orang tua, serta kesehatan lingkungan ternyata berhasil membuat angka stunting di Kota Semarang turun signifikan.

“Jadi betul, permasalahan stunting adalah masalah bersama. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang ini bisa menjadi role model bagi penanganan stunting tingkat nasional,” kata Prof.Ignas, Jumat (22/3/2024).

Menurutnya, harus ada upaya serius untuk Indonesia Maju, sehingga konsep atau halangan berkaitan dengan kesehatan atau masalah stunting bisa diatasi. Dan Kota Semarang sendiri dalam penanganan stunting dinilai sangatlah komprehensif.

“Data-data yang dihadirkan Pemkot Semarang menurut saya sangat lengkap dan bisa menjadi modal awal ke depan, karena barangkali membutuhkan model-model yang pas dalam percepatan penurunan stunting. Mudah-mudahan Kota Semarang bisa dijadikan model syukur-syukur tingkat nasional,” katanya.

Disisi lain, Prof. Ignas juga mengapresiasi langkah-langkah Pemkot Semarang dalam upaya pemenuhan kebutuhan sumber pangan lewat program urban farming yang selalu digencarkan oleh Pemkot Semarang.

Lebih jauh dirinya malah mendorong agar program-program penanganan stunting seperti misalnya Daycare dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bisa terus digencarkan secara masif.

“Ini jelas – jelas sangat bagus sekali, bisa menjadi model dan mesti ada hal-hal yang harus diteruskan dan ditingkatkan, serta komitmen untuk bisa mengeksekusi atau mensinergikan,” katanya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, menyebutkan jika sampai Februari 2024 kasus stunting di Kota Semarang masih di angka 857 kasus. Angka itu sudah turun drastis di mana satu tahun sebelumnya terdapat 1.340 kasus.

Dirinya juga menekankan kepada jajarannya untuk selalu membuat perencanaan atau inovasi-inovasi, agar tahun 2024 ini status stunting di Kota Semarang bisa zero atau nol kasus.

“Kami punya cita-cita, pandangan, perencanaan, dan inovasi di Kota Semarang ini bisa menjadi atau diimplementasikan ke tingkat lebih tinggi, dengan memakai digitalisasi sebagai pemacu proses-prosesnya. Dan saat ini penurunan angka stunting di Kota Semarang sangar drastis,” katanya.

“Semoga program yang dijalankan di Kota Semarang bisa lebih baik dan bisa disempurnakan, khususnya dalam upaya penanganan stunting dari hulu sampai hilir,” katanya.

Ke depan, ia berharap masyarakat bisa ikut berperan dalam upaya menurunkan angka stunting, di samping perencanaan-perencanaan yang sudah dijalankan pemerintah. Saat ini pihaknya tengah memberikan perhatian khusus ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).

“Kita juga harus waspada ada ibu KEK, sehingga harus dilakukan penanganan. Maka kami lakukan pembuatan program siaga stunting, jadi betul-betul motret dari masing-masing anak stunting dan ibu hamil. Nanti akan dilihat satu-satu keluarga, seperti dalam upaya kamu menurunkan kemiskinan ekstrem. Kita akan buat parameternya,” katanya.

Hery Priyono