Lasman Simanjuntak
Kolam Kematian
seikat perjalanan
dimulai dari peta
kuku-kuku waktu
menggelisahkan
sekujur tubuhku
tak lagi mampu
menghisap
mulut matahari
bernyanyi kidung pagihari
sepi makin terkurung
pada batin ini
apa lagi yang harus disantap
dari dalam rahimmu
tak ada janin bayi
tinggal terbungkus
tulang belulang
ditikam gizi buruk
pada cuaca ekstrem
semakin buruk rupa
tidurlah sayang
sampai nanti
jasad ini mau dibakar
beralaskan debu dan tanah
pada akhirnya
aku terus berlari keletihan
mengejar angin
malam kecelakaan
imajinasi sungguh mematikan
sampai di pertengahan kota
ada darah segar
di pori-pori aspal jalan
“jangan takut, silahkan jalan terus, kejarlah mimpi-mimpi itu sampai engkau tak lagi kelaparan akan firman maupun makanan menyehatkan,” pesan terakhir seorang lelaki muda
tanpa buah dada
terkapar
mencium ganas rembulan
Jakarta, Kamis 13 Oktober 2022
Bangkit
i//
aku ingin kembali bangkit
sekian abad terlelap
dalam gumpalan timah hitam
yang digelar
di bawah matahari kebodohan
membentuk suatu rekaman dahsyat
percakapan kusut
keculasan menghitung
angka-angka yang harus digemukkan
ataukah hantu yang terus bergentayangan
di sudut meja
lautan memerah
ii/
aku ingin kembali bangkit
seratus tahun tertidur di atas ranjang komunitas biru
pada gedung kesenian ini
kumpulan orang-orang yang rajin berkarya
menulis dengan teknologi
menembus ruang dan waktu
dikepung apartemen mewah
keterasingan diri
di jantung matahari, tubuh laut, paru-paru angin malamhari , mimbar rumah ibadah, sampai meditasi di trotoar jalan sunyi
kuliner sorehari
iii/
aku ingin kembali bangkit
hidup lebih (dan lebih!) dari seribu tahun lagi
berdiskusi pada tumpukan buku-buku para penyair baik hati
yang tak lagi kelaparan
menyantap menu
puisi dengan harga bandrol
tak pasti
Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa 26 Juli 2022
Pria Tanpa Kelamin
pria tanpa kelamin
rajin menyapa
hujan sorehari
sambil tertidur pulas
menjelma jadi hewan pemalas
dari atas ranjang tembaga
ditularkan ribuan kuman
tumbuh subur
dalam akar panas bumi
perlahan dimatikan
angan-angan terjebak
di atas dahan
setiap pergi
pagi buta
ingin menembus belantara
kota jakarta
hari-hari selanjutnya
makin mengerikan
paru-parunya kini terinfeksi
bakteri takut dewa matahari
bahkan hatinya
hanya mengalahkan dua kali
semakin gelap
ingin pergi ke planet
bumi orang mati
pria tanpa kelamin
masih memiliki sepotong ginjal
yang telah membuat bengkak
seluruh rumah suci
tempat orang berdoa
mengumpulkan dosa
masa lalu
paling menyakitkan
pria tanpa kelamin
pingsan sejenak
lalu bangun lagi
tabur mawar
di atas altar pemujaan
penyakit menularnya
benar-benar liar
apakah masih ada harapan
karena kemelaratan
mau berlanjut
untuk waktu yang lama
Jakarta, Agustus 2023
Ketika Suara Tuhan Dihempaskan
ketika suara Tuhan dihempaskan
liang kubur telah dihembuskan
digali di hamparan tanah granit rumah ibadah
saat jasadmu masih terbaring angkuh
sekeras masa lalumu
ketika suara Tuhan dihempaskan
seratus virus maut langsung tumbuh
berkembangbiak dengan cepat
bahkan terbang tanpa bisa dilihat kasat mata
ketika suara Tuhan dihempaskan
nyanyian kesaksian terus berkepanjangan
di bawah mimbar disirami karangan bunga
terjerumus jadi malapetaka untuk jemaah
karena orang-orang rajin berpelukan
untuk menuju ke dunia orang mati
Jatinegara, Jakarta 20 Juni 2021
Terjungkal
sepasang pengantin mandul
sepakat sampaikan keluh kesah
sampai tembus ke bait suci di sorga
pekan kedua yang membawa berkah
ditelan sepotong daging hujan ramah
yang menyusup ke dalam perut rumah
nyaris kelaparan siapa mau disapa
akar kejahatan tumbuh berubah warna
ataukah harus kuhisap air tanah
genteng hunian permukiman berserakan
serta bau dinamo terbakar
belum selesai untuk ditelan
sampai berdarah-darah
Pamulang, 11 April 2022
Penyair Tak Berkutik
penyair sedang mandi di atas permukaan air danau berlapiskan kayu sambil menulis puisi
berita musim kemarau dan kantong kemiskinan
yang mulai merambah di atas genteng rumah
semula tak gelisah; saat bertukar sapa dengan lelaki separuh baya sedang puasa dari sebuah hotel yang senang bercumbu dengan virus corona dan berkelamin bersama deretan mobil hitam datang dari benua antartika
setelah bertelepon dengan bengkel kaki-kaki si penyair masih rajin memandang matahari yang kian terik sampai tiba pengembara liar membawa kabar duka tanpa tangisan layaknya bayi yang baru dilahirkan dini hari tadi
“tenang saja, jangan panik, simpanan di layar komputer bank masih aman untuk bisa menusuk jantungmu yang dilapisi emas enam gram dalam saku celana,” katanya sambil meraih tangan penyair untuk bersiap terbang menuju jembatan layang pinggiran kota
selesailah perjalanan penyair sampai sore hari
diakhiri dengan perkelahian dalam botol alkohol
serta melunasi hutangnya di hamparan meja makan
Pamulang, 5 April 2022
Rumah Tanpa Tumbuh Pepohonan
rumah tanpa tumbuh pepohonan
kini dipeluk semak belukar
diperut rumah yang juga
kian mengecil
muntah seribu dosa kelaparan
yang ganjil
bahkan berulangkali
jendelanya yang rapuh
tempat tidur kucing liar
tempat bersenggama kecoa menjijikan
menjelma jadi tangan sedekah
sangat memalukan
padahal ia pelayan tuhan
telah dibebastugaskan
seperti budak di negeri terasing
rumah tanpa tumbuh pepohonan
setiap hari persiapan
selalu rajin mencari sesuap nasi basi
dari mata lelaki tanpa alas kaki
disodorkan mata uang recehan
selalu kekeringan
di hamparan pekarangan rumah
basah air tanah
kemarau pun sering pecah
betapa makin susah
merambat di negeri paling korupsi
disebar hati yang keji
Jakarta, 2023/2024
Sekarung Beras Menyusup dalam Sajakku
pada malam mengerikan
kutulis kidung panjang
di atas hamparan batu roti
hari-hari tanpa sinar matahari
karena esok laut dan langit
semakin terbenam
menunggu di tepi waktu
yang sangat melelahkan
tak mampu bernyanyi sion
dengan rebana dan kecapi
untuk kembali menjual
angan-angan palsu
di lapak pinggir jalan
nyaris tanpa suara lamban
saat angin sakal tak bertiup
ke arah jendela dunia sunyi
terlilit tali orang mati
hanya terdengar dari ruang doa ini
gesekan besi di telinga kiri
adikku yang jenaka
membawa sekarung beras
menyusup dalam barisan sajakku
yang tak kunjung selesai
kutulis dengan tinta airmata
sampai nanti kubacakan
di lantai kaca
di ujung akhir zaman
masa kesesakan
direbus api penderitaan
Jakarta, 2023/2024
Utang dalam Rahim Ibu
utang dalam rahim ibu
lahirkan bayi-bayi kembar
kurang gizi dan nutrisi
padahal harus ditebus
dengan angka lima digit
bila dikalkulasi menjadi
ribuan triliun rupiah
terkurung dalam sangkar besi
maka terlihatlah dari sini
wajah pucat pasi
menunggu kepastian
pelunasan bunga berduri
sampai dinihari tadi
para pakar hukum filsafat berpesan berulangkali,
janin bayi harus segera ditanam lagi
haramkan perkawinan dini
karena harus bertempur
di sumur-sumur subur
bangsa tirai bambu ikut menabur
koruptor dan penggali
tanah kubur
membanting harga sandang dan pangan
(baca : beras makin mahal!)
saling berkejaran di bursa saham
orang-orang pinggiran
mati menggelepar
ditusuk pisau kelaparan
aneh, sajakku ikut terkapar !
Jakarta, 2023/2024
Tentang penyair:
Pulo Lasman Simanjuntak, lahir di Surabaya 20 Juni 1961. Menulis puisi pertama kali berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bln Juli 1977.
Setelah itu karya puisinya sejak tahun 1980 sampai tahun 2024 telah dimuat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) serta tayang (dipublish) di 159 media online/website dan majalah digital baik di Indonesia maupun di Malaysia.
Karya puisinya juga telah dipublikasikan ke negara Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India.
Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.
Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 27 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.
Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Sastra ASEAN, Dapur Sastra Jakarta (DSJ) Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ) Sastra Nusa Widhita (SNW) ,Pemuisi Nasional Malaysia, Sastra Sahabat Kita (Sabah, Malaysia), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Kampung Seni Jakarta (KSJ), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Reboan, Forbes TIM, dan Sastra Semesta.
Sering diundang baca puisi , khususnya di PDS.HB.Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Bekerja sebagai wartawan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.