Melasti
Puluhan umat Hindhu di Magelang saat berangkat dari Pura Wira Buana, di Kompleks Akademi Militer Magelang untuk melaksanakan Melasti ( penyucian diri) di sumber air Tuk Mas di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jumat ( 8/3/2024).. Foto: W. Cahyono

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)-  Puluhan umat Hindhu yang ada di wilayah  Magelang melaksanakan melasti. Biasanya, upacara Melasti dilaksanakan di laut atau pantai. Namun, wilayah  Magelang tidak ada laut maka upacara Melasti tersebut di sumber air Tuk Kalimas yang ada di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jumat, ( 8/3/2024).

Di mata air  yang menjadi salah satu sumber air untuk PDAM Kota Magelang tersebut,  terdapat Prasasti “Tuk Mas’. Prasasti tersebut  merupakan peninggalan  Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno  dari Dinasti Sanjaya yang beraliran agama Hindhu .

“Karena di wilayah Magelang tidak ada laut atau pantai, maka umat Hindhu yang ada di wilayah tersebut melaksanakan  di sebuah mata air.  Yakni di sumber air  Tuk Mas di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang,”kata  Pemangku Pura Wirabuana, I Gede Suardiasa usai sembahyang di Pura Wirabuana Kompleks Akmil Magelang,Jumat, ( 8/3/2024).

Gede Suardiasa mengatakan, Melasti merupakan simbol penyucian diri  dari  para umat Hindhu sebelum memasuki Hari Raya Nyepi. Dalam ajaran Hindhu, Melasti bermakna menyucikan diri pribadi manusia  serta alam, agar  pada saat hari raya Nyepi  semuanya suci baik lahir maupun batin.

Menurutnya, agama Hindu tidak terlepas dari  tirta (air), sehingga untuk menyambut Hari Raya Nyepi  tersebut, umat Hindu menggelar upacara Melasti.Yakni,pengambilan air suci  untuk  membersihkan dunia serta jasmani.

Gede menjelaskan, upacara Melasti tersebut disimbolisasikan dengan labuhan sesaji ke laut serta menyucikan arca, pratima (gambar yang menyerupai dewa),  nyasa, pralingga ( benda keramat) dengan segala manifestasi-Nya.

Sementara itu, pada puncak Nyepi, umat Hindhu  melaksanakan Catur Brata ( empat pamtangan). Yakni, amati geni( berpantang menyalakan api), amati karya (menghentikan aktivitas kerja), amati lelanguan (menghentikan kesenangan) dan amati lelungaan( berpantang berpergian) selama 24 jam penuh. W. Cahyono