SURAKARTA (SUARABARU.ID) – Bertempat di auditorium SMK Negeri 8 Surakarta pada Sabtu/24/02/2024 Gerakan Sekolah Menyenangkan kembali hadir dalam Ngkaji Pendidikan bertema “Ruang Ketiga di Pendidikan”. Tentu muncul banyak tanda tanya di benak kita, apa dan bagaimana ruang ketiga itu kemudian sejauh mana ruang ketiga tercipta di dunia pendidikan lalu, pentingkah ruang ketiga ?.
Sejak pagi halaman SMK Negeri 8 Surakarta mulai berdatangan peserta Ngkaji Pendidikan dari berbagai kabupaten/kota/provinsi. Baik pendidik, akademisi, umum, birokrat, dan juga komunitas GSM (Gerakan Sekolah Menyenangkan) yang tersebar di berbagai penjuru turut hadir menyemarakkan acara tersebut. Acara ini diselenggarakan secara offline di SMK Negeri 8 Surakarta dan hybrid melalui YouTube streaming dengan hampir total sejumlah dua ribu peserta.
Sri Sugianto sebagai Ketua Panitia Ngkaji Pendidikan bersyukur berhasil atas suksesnya Ngkaji Pendidikan tersebut.
Ya, mengapa ruang ketiga ? tanya beberapa peserta. “Kita tahu bahwa dunia pendidikan sekarang terlihat bahwa guru disibukkan dengan aplikasi, administrasi, dan masih banyak lagi sehingga interaksi bersama murid berkurang.
“Banyak guru yang secara tidak sadar telah membatasi dialog-dialog, diskusi-diskusi, obrolan-obrolan bersama murid sehingga memunculkan potensi mereka sehingga mereka mampu mengatasi sendiri problematika dalam dunia nyata secara sadar,”tutur Muhammad Nur Rizal, Ph.D Founder GSM.
“Kita di sini tidak ingin mencari yang salah siapa karena mereka para guru menjalankan apa yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Kita di sini mencari jalan keluar, mencari sisi lain, mencari solusi dengan membangun ruang ketiga dalam dunia pendidikan,” ungkapnya
Di negara maju, kurikulum hanya alat bantu sedangkan di Indonesia kurikulum dianggap kitab suci. Di negara maju anak-anak bukan diajarkan tentang isi bab dan materi di dalam kelas yang berbangku namun anak-anak duduk justru di lantai dan guru menggali informasi dari anak didiknya tentang fenomena-fenomena yang ada di lingkungannya. “Sehingga di negara maju, yang dinamakan kurikulum ialah guru itu sendiri.”tandasnya.
Ruang ketiga dalam dunia pendidikan membebaskan seluruh sekat-sekat sosial yang ada dengan kesetaraan. Lalu, apa yang harus ada di ruang ketiga ?. Setidaknya ada empat hal : pertama, adanya interaksi dan kesetaraan; kedua, ada ritual kebersamaan yang bermakna; ketiga, orang dapat menjadi dirinya sendiri; dan yang keempat, bahwa suasananya rileks tapi produktif dan penuh kreasi.
Acara Ngkaji pendidikan juga dikemas interaktif dengan berbagai pertanyaan dari peserta kemudian diakhiri dengan sesi foto bersama dan yang tak ketinggalan ialah temu leader bersama Founder GSM secara khusus.
Hadepe – Arkansa