KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Tradisi Sadranan atau Nyadran ada yang mengartikan membersihkan makam leluhur, tetapi ada pula berupa mengirim doa bagi arwah leluhur. Warga Dusun Bojong, Wringinputih, Borobudur, Kabupaten Magelang, melakukan tradisi Sadranan, hari ini (Selasa, 20 Februari 2024).
Tradisi yang dilakukan di halaman masjid Bojong itu dihadiri ratusan orang dari warga setempat dan beberapa desa sekitar. Bahkan warga kecamatan lain yang memiliki kerabat sudah meninggal dan jenazahnya dimakamkan di Dusun Bojong.
Pengunjung berdatangan sejak sekitar pukul 08.00. Tapi acara hari ini baru dimulai pukul 09.00. Agenda utamanya adalah Tahlil atau membacakan doa bagi sanak famili yang sudah meninggal.
Untuk tradisi itu, tampak adanya kebersamaan dan gotong royong warga setempat. Setiap keluarga setempat membayar iuran sesuai dengan kemampuannya. Tingkat I sebesar Rp 70 ribu/KK, tingkat II Rp 50 ribu/KK dan tingkat III Rp 40 ribu/KK. Iuran tersebut dimanfaatkan untuk biaya menyediakan snacks dan makan siang bagi peserta.
Selain itu, setiap keluarga juga membawa empat buah sarang atau berkat berisi sembako. Setiap sarang berisi 1 kg beras, gula pasir setengah kg, dua butir telur, sebuah teh bungkus ukuran besar atau dua teh ukuran kecil, dua bungkus mi instan dan satu gelas minyak goreng.
Persediaan sarang atau berkat itu diberikan kepada pengunjung yang hadir. Rata-rata pengunjung yang hadir memberikan sumbangan uang atau amal, dengan cara memasukkannya ke kotak amal yang disediakan panitia. Beberapa kotak sumbangan uang dipasang di dekat meja penerima tamu. Selanjutnya tamu akan diberi sebuah kemasan sarang atau berkat mentahan.
Kadus Bojong, Kukuh Egha, dalam kesempatan itu memaparkan, uang sumbangan dari Sadranan tahun lalu terkumpul dana sekitar Rp 8 juta. Sebagian dana itu telah digunakan untuk membuat pagar makam umum setempat.
Sedangkan hasil sumbangan dari Nyadran kali ini sebesar Rp 11.150.000. “Amal hari ini akan dimanfaatkan untuk melanjutkan pembangunan pagar sebelah timur makam Bojong,” jelasnya.
Inti acara tersebut diisi dengan Tahlilan atau berdoa bersama untuk sanak keluarga yang sudah meninggal dunia. Dalam hal ini dipimpin Kiai Wahari. Acara selesai pukul 10.15 WIB dengan lancar.
Eko Priyono