blank
Qatar Juara Piala Asia 2023. Foto: afc

blankOleh: Amir Machmud NS

// mereka melesat ke langit tinggi/ menemukan maqam sejati/ kita masih sibuk dengan diri sendiri/ menggeliat dari kerak mimpi//
(Sajak “Qatar dan Kita”, 2024)

PERCAYAKAH Anda, “nawaitu” Qatar dan Indonesia sejatinya punya “gegayuhan” sama? Berangan tinggi meraih mimpi, merepih asa menjangkau dunia.

Bahkan 20 tahun silam, tim nasional Garuda mampu menaklukkan Qatar 2-1 dalam Piala Asia 2004 di Beijing. Siapa sangka 16 tahun kemudian, lalu empat tahun setelahnya, The Maroon telah menjelma sebagai raksasa Asia?

Pada 1986, di babak grup Asian Games Seoul, Ponirin Mekka dkk bermain imbang 1-1. Saat itu, Garuda-lah yang terbang tinggi menembus semifinal.

Kemajuan Qatar mulai kita rasakan di Pra-Piala Dunia 1993. Ketika itu, saya meliput kualifikasi tersebut. Kisah paling menonjol adalah, kecompangcampingan spirit timnas Indonesia yang diasuh oleh pelatih asal Slovenia Ivan Toplak. Robby Darwis dkk kalah 1-3 dari Qatar dalam laga di Stadion Al-Khalifa.

Cahaya Doha
Pada 10 Februari lalu, Doha bagai menyemburatkan cahaya setelah Akram Afif cs menaklukkan Yordania dalam final “Derby Arab”.

Sejak babak grup, Al Annabi konsisten melangkah ke babak final dengan permainan menyerang yang elok. Pengalaman tampil di Piala Dunia pada 2022 — walaupun kalah dalam tiga partai –, bagaimanapun membentuk mentalitas penampilan di level atas.

Sedangkan Yordania menjadi kejutan terbesar Piala Asia. Dalam perjalanan ke partai pamungkas The Chivalrous antara lain menghumbalangkan Irak dan menaklukkan salah satu tim terkuat Asia, Korea Selatan. Di babak final, sayangnya tim racikan Hussein Ammouta itu “kena mental” dengan tiga penalti yang harus diterima dalam kekalahan 1-3.

Qatar melengkapi cahaya itu dengan kesuksesan lain mengelola sebuah event. Dua tahun silam, mereka gemilang menjadi tuan rumah Piala Dunia dengan infrastruktur moderen, diikuti tahun ini menggelar Piala AFC yang penuh nuansa kemewahan.

Road Map
Dengan sukses di dalam dan di luar lapangan itu, Qatar makin sulit dikejar. Bahkan peta jalan untuk menapak ke jenjang dunia tampaknya menjadi bukan langkah yang mustahil. Negeri ini belum merasakan tampil di Piala Dunia, selain 2022 sebagai tiket otomatis sebagai tuan rumah.

Fasilitas industri kompetisi, oke. Sumberdaya manusia, terasah luar biasa. Kompetisi liga beranjak ke mindset prestasi dan orientasi pasar. Talenta-talenta pun muncul, menjadi konsekuensi yang mengikuti.

Sepak bola negara keemiratan itu kini sudah menjajarkan posisi setara dengan Iran, Arab Saudi, Jepang, Korea Selatan, dan Irak. Qatar konsisten menggenjot kemajuan sepak bolanya dengan semangat “satset” dan “gas pol”.

Asia berkembang sebagai kekuatan yang memecah peta dunia untuk tak hanya berkiblat ke Eropa dan Amerika Latin. Qatar menambah daftar kekuatan dengan performa timnasnya yang terus membaik.

Dengan “nawaitu” yang sama, masih banyak kerak persoalan yang harus kita bersihkan. Bahkan untuk menjadi “raja” di Asia Tenggara saja, bukankah masih seterjal itu jalan yang harus ditaklukkan?

Garuda kita tengah mencoba menggeliat di kerak mimpi. Dan, kita tunggu bagaimana langkah bangkit Asnawi Mangkualam dkk dalam lanjutan Pra-Piala Dunia, Maret nanti. Ada Irak, Vietnam, dan Filipina yang membayangi…

Amir Machmud NS; wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah