blank

Generasi Z memang spesial. Ia dilahirkan dalam era yang sangat modern. Era sosial media dan kecerdasan buatan. Tak salah jika mereka memiliki preferensi yang berbeda. Termasuk frerensi dalam hal belajar. Inilah tantangan besar bagi dunia pendidikan. Khususnya bagi para guru dan dosen. Mereka dituntut mampu mengemas proses pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Realitas tersebut ternyata telah lama dipotret oleh Google.

Sebuah pengalaman menarik ketika saya mengikuti Workshop Building Interactive News Literacy Simulations for Future Content Creator pada 1 Desember tahun 2023 lalu. Penyelenggara acara ini adalah Google News Initiative bekerjasama dengan Asian Network of News and Information Educators (ANIE).

Workshop ini ditawarkan sebagai pre-summit kegiatan tahunan Media Summit dari Google News Initiative untuk tingkat Asia Pasifik dan menjadi ruang kolaborasi multi pihak untuk berbagi praktik terbaik tentang jurnalisme, pemeriksaan fakta, literasi media dan peneliti.

Metode workshop yang diberikan oleh fasilitator dari ANIE dikemas dengan interaktif dan bertujuan agar peserta workshop mampu  membuat simulasi pembelajaran berbasis skenario yang bisa diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

Tujuan dari workshop ini adalah agar peserta bisa mengembangkan cara-cara yang menyenangkan untuk mendidik generasi Z agar bisa menjadi pembuat konten dan konsumen berita yang bertanggung jawab. Dalam workshop ini dipandu step by step proses pembuatan materi pembelajaran dengan tools yang bermanfaat termasuk penggunaan template slide dan Artificial Intellegent.

Hal ini didasari karena riset media menunjukkan bahwa generasi muda umumnya mendapatkan berita dari platform berbasis video. Survei juga menunjukkan bahwa sekarang ini anak-anak lebih banyak bercita-cita menjadi content creator dibandingkan menjadi jurnalis. Oleh karena itu sebagai pengajar juga perlu untuk mempelajari cara-cara membuat simulasi pembelajaran yang interaktif.

Fasilitator dalam pelatihan ini yaitu Masato Kajimoto, profesor jurnalisme di Universitas Hong Kong, dan Yvonne Chua, profesor jurnalisme di Universitas Filipina – Diliman juga mencontohkan beberapa media online yang  sekarang ini mengembangkan proses pembuatan berita yang lebih interaktif dengan melibatkan partisipasi dari follower dan komentar yang diberikan. BBC iReporter  misalnya, membuat permainan interaktif canggih yang menyimulasikan beberapa situasi yang dihadapi oleh reporter berita.

Game simulasi BBC ini bertujuan untuk mengajarkan konsep jurnalistik seperti keseimbangan, keadilan, akurasi, kecepatan saat meliput berita terkini, dan dampak dari pembuatan berita. Contoh lain yang ditampilkan Masato adalah simulasi redaksi yang dibuat oleh ARUS Academy di Malaysia dan juga dalam pembelajaran yang dilakukan di kampusnya.

Ide utamanya adalah untuk mengembangkan cerita di mana siswa dihadapkan pada pilihan untuk mempertimbangkan nilai, mengantisipasi konsekuensi, dan membuat keputusan sulit sehingga mereka dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang disimulasikan. Dalam pelatihan ini, peserta yang berasal dari berbagai negara di Asia Pasific dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan beberapa hal yang ditugaskan yaitu merancang topik dan konsep-konsep apa saja yang akan disertakan dalam simulasi yang dibuat dan membuat story board untuk menggambarkan semua story line yang akan disajikan.

Peserta dalam kelompok juga diminta untuk membuat decision tree, dengan melakukan mapping untuk semua keputusan yang akan diambil oleh siswa dalam pembelajaran supaya mencapai tujuan pembelajaran. Tugas terakhir adalah membuat video kelompok dari storyboard yang sudah dibuat. Semua kelompok diminta untuk presentasi pada saat summit dan diumumkan juga yang menjadi pemenang dari workshop ini.

Saya bersyukur bisa mengikuti acara workshop yang difasilitasi dan dilakukan di kantor Google Singapura ini. Baru kali ini mengikuti workshop yang sangat interaktif dan langsung praktik sehingga waktu berjalan terasa cepat dan betul-betul memahami apa yang menjadi tujuan dari workshop yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sebagai akademisi maupun sebagai jurnalis.

Kesempatan mengikuti workshop ini tentunya bisa menjadi peluang untuk memperluas jaringan. Selain itu dapat lebih meningkatkan kompetensi saya sebagai dosen dalam pembelajaran di konsentrasi baru Content and Media Creative pada program studi Ilmu Komunikasi di Unissula.

*Made Dwi Adnjani adalah dosen Prodi S1 Ilmu Komunikasi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang