blank
Penyatuan air dari punden dan belik se Kudus dengan air sumur Panguripan Menara Kudus. Foto:ist

KUDUS (SUARABARU.ID) – Kekayaan tradisi dan budaya Kabupaten Kudus masih terjaga hingga saat ini. Salah satunya adalah kirab air punden dan belik yang menjadi rangkaian Ta’sis Masjid Al-aqsha Menara Kudus ke-489.

“Kirab punden dan belik adalah tradisi yang bernilai sejarah tinggi. Merawat budaya berarti menjaga peradaban,” ungkapnya saat apel pelepasan peserta kirab di halaman Pendapa Kabupaten Kudus, (28/1).

Warisan filosofi Sunan Kudus Syekh Ja’far Sodiq disebut Pj Bupati memiliki arti luar biasa. Di antaranya adalah rasa toleransi yang tinggi dan Gusjigang yang berarti bagus perilaku, bagus ngaji, dan pintar berdagang.

Petuah baik itu bahkan menjadi pedoman masyarakat Kabupaten Kudus hingga sekarang. Hal itu tergambar dalam Ta’sis masjid yang merupakan peringatan berdirinya Masjid Al-aqsha Menara Kudus, cikal bakal Kabupaten Kudus.

“Petuah Sunan Kudus Syekh Ja’far Sodiq menjadi pondasi tata kota dan masyarakat yang hidup di dalamnya. Ta’sis yang merupakan peringatan berdirinya masjid peninggalan Sunan Kudus adalah salah satu cara menjaga warisan Sunan Kudus,” paparnya.

Baca juga :Menguak Mitologi ‘Sumur Panguripan’ Menara Kudus

Hasan mengungkapkan air yang berasal dari berbagai punden dan belik adalah bentuk keberagaman. Perbedaan itu menjadi satu dan menciptakan persatuan. Pihaknya menjelaskan darimanapun sumber mata air pasti membawa kesejukan dan kondusifitas. Pj. Bupati menyampaikan kirab menjadi media untuk meningkatkan kondusifitas dan perhatian masyarakat dalam menjaga tradisi yang ada.

“Air dimanapun tempanya membawa kesejukan dan kondisifitas. Semoga Kabupaten Kudus makin sejuk dan kondusif. Serta istikamah menjaga tradisi,” pesannya.

Usai melepas peserta kirab, Pj. Bupati beserta istri Aini Hasan Chabibie, dan Forkopimda Kabupaten Kudus memeriahkan kirab dengan naik delman hingga ke area depan Menara Kudus. Perjalanan yang ditempuh sekitar 1 kilometer.

Sampai di depan Menara Kudus, Hasan menuangkan air dari punden dan belik ke satu wadah yang selanjutnya dicampur dengan banyu penguripan dari sumur Menara. Campuran air dari berbagai sumber itu kemudian dibagikan kepada masyarakat.

Menurut Sekretaris Perhimpunan Pemangku Punden dan Belik (P3B) Abdul Jalil, Ta’sis itu merupakan peringatan untuk mengenang pendirian Masjid Al-Aqsha Menara oleh Sunan Kudus. Ta’sis dilaksanakan setiap 19 Rajab.

Abdul Jalil menyatakan pada 2024, terdapat 500 belik dan punden yang terdaftar. Terdiri dari 49 belik 451 punden. Meskipun begitu, hanya 30 persen dari total keseluruhan anggota yang mengikuti kirab punden dan belik.

Di antaranya Punden Mbah Murthosiyah Dukuh Pringsewu Desa Bakalankrapyak, Belik Sri Gowong Dukuh Jetis Desa Gondosari Kecamatan Gebog, dan lain-lain.

“Ada 500 belik dan punden yang telah terdaftar. Namun, kirab kali ini hanya diikuti 30 persen dari keseluruhan jumlah belik dan punden, mengingat jarak tempuh kirab sekitar 1 kilometer saja,” terangnya.

Ali Bustomi