Masjid ini juga menjadi pusat bisnis, diantaranya dengan convention hall yang disewakan, hotel, juga UMKM yang tumbuh berkembang. Maka citra, performa dan sisi keunggulan MAJT yang luar biasa ini, harus gencar dimunculkan ke ranah publik tiada henti, untuk menjaga nilai positif, termasuk kehebatan-kehebatan lain.
“MAJT di era kekinian, bukan lagi sebagai masjid tunggal yang menjadi pusat peribadatan Islam sekaligus objek wisata religi. Nuansa menjaga keunggulan harus dilakukan, seiring kehadiran masjid-masjid serupa, seperti Masjid Al-Akbar, Surabaya, Masjid Al-Jabar, Bandung, Masjid Al-Zayed, Surakarta, selain eksistensi Masjid Istiqlal, Jakarta,” ungkapnya.
Menurutnya, MAJT dengan situsnya yang komprehensif, jangan sampai redup di telan zaman, seiring kemunculan destinasi wisata religi baru.
Sejumlah alat untuk mengangkat branding antara lain melalui kekuatan media seperti Radio Dais, MAJT TV, website, serta kekuatan lain sebagai mitra kerja tim peliput MAJT, TVKU juga Cyber Army. Media-media tersebut akan diposisikan strategis.
MAJT juga tenar hingga mancengara sebagai pusat studi keislaman wasathiyah, mengembangkan sikap toleransi dan moderasi umat beragama. Branding ketenaran ini harus terjaga. Sebagai contoh, setiap usai salat Idul Fitri, para tokoh lintas agama di Jawa Tengah selalu bersilaturahim dengan puluhan ribu jemaah dan pengurus PP MAJT, tentunya sebagai hal positif untuk dilestarikan.
“Komunikasi yang sudah kuat dengan awak media massa sebagai tim peliput aktif harus terjaga. Mengingat kekuatan media massa terbukti telah berkontribusi nyata, sebagai sarana branding,” pungkasnya.
Ning S