”Parit yang kecil itu kalau bisa mengairi sawah-sawah yang begitu luas, parit itu tak akan kering…”
TEPAT di sisi kanan rumah M Imron (56), suara gemericik air berasal. Pompa air atau water pump itu digunakan untuk sirkulasi air di enam kolam ikan, dengan metode terpal. Ikan-ikan nila kecil berwarna merah umumnya berlarian ke sana kemari. Tanda ikan-ikan mungil itu cukup sehat.
M Imron ayah tiga anak itu mengenakan berpakaian baju koko dan peci putih. Dengan alat bantu kursi roda, dia menemani suarabaru.id melihat tujuh kolam ikan yang beberapa di antaranya belum genap satu bulan diisi dengan ikan Nila dan Bawal.
Sebelumnya diisi dengan ikan Lele yang sudah menjadi produk olahan Abon Tangguh Roso, dari Yayasan Disabilitas Tangguh. Kiprah yayasan yang sudah memiliki sekira 200 anggota difabel ini, mulanya dibina DT Peduli Jawa Tengah. Seiring jalannya waktu juga, berkolaborasi dengan Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang dalam mengembangkan usaha kecil.
Kolam-kolam itulah yang menjadi wadah semangat menebar manfaat kepada sesama. Tekad mulia supaya menjadi hidup lebih berkah, sudah jadi bahan bakar bagi M Imron. Sosok Penggagas Yayasan Disabilitas Tangguh di Kota Semarang itu, ingin menjunjung kebermanfaatan dengan pemberdayaan masyarakat khususnya penyandang disabilitas, dimulai dengan usaha kecil ternak ikan Lele.
Di sebuah desa di sudut Timur Kota Semarang, Jawa Tengah itu, M Imron lahir dan tumbuh. Tempat tinggalnya berada di sebuah desa di perbukitan yang masih berada di kaki Gunung Ungaran.
M Imron mengingat sejak masa kecilnya tumbuh dengan kondisi berbeda dengan orang pada umumnya. Kondisi kakinya tak sama dengan orang kebanyakan. Dia merupakan penyandang disabilitas, dan pada usianya kini menggunakan kursi roda dalam aktivitas sehari-hari.
”Saya itu difabel sejak kecil, tapi saya sudah biasa berkumpul (bekerja dan berkegiatan) dengan orang (yang kondisi) normal,” kata M Imron mengenang masa kecilnya, saat ditemui suarabaru.id, di rumahnya Jalan Krajan 1 RT 2 RW 4, Rowosari Tengah, Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jumat 29 Desember 2023.
Di rumah itu, Yayasan Disabilitas Tangguh didirikan, di mana berawal dari keinginan untuk menebar manfaat dan berkah, bersama para penyandang disabilitas yang dia kenal. Terutama di Kota Semarang dan sekitarnya.
M Imron bersama istrinya Sutinah (47) yang juga penyandang disabilitas, ingin terus mengembangkan tekad usaha pemberdayaan melalui Yayasan Disabilitas Tangguh. Di mana produk Abon Lele yang dinamai Tangguh Roso sudah terbang ke konsumen di luar negeri dengan nilai ekonomis.
Perkenalan Inklusi dengan DT Peduli dan Pegadaian Syariah
M Imron bercerita, pada 2019 berkenalan dengan Lembaga Amil Zakat Daarut Tauhid (DT) Peduli Jawa Tengah. Kemudian suatu waktu mengikuti pelatihan kewirausahaan secara daring. Dari momen itulah, dia mengenal banyak teman-teman disabilitas lainnya.
M Imron bercerita, pada 2019 berkenalan dengan Lembaga Amil Zakat Daarut Tauhid (DT) Peduli Jawa Tengah. Kemudian suatu waktu mengikuti pelatihan kewirausahaan secara daring. Dari momen itulah, dia mengenal banyak teman-teman disabilitas lainnya.
”Saya ingat, kalau saya yang dibantu gerobak untuk jualan, nanti hanya saya yang dapat, sementara teman-teman difabel tidak dapat. Akhirnya rembugan (musyawarah) dengan kawan-kawan, dan setelah survei serta mengamati, ketemulah untuk beternak lele,” ujarnya.
Dengan uang Rp 10 juta yang didapat, akhirnya M Imron bersama lima orang lainnya yang juga difabel memulai untuk budidaya lele. Saat itu diakuinya, masih berupa komunitas, dan belum menjadi yayasan seperti sekarang.
”Modal itu akhirnya dibelikan bambu untuk penyangga kolam terpal, bisa jadi enam kolam. Karena kalau pakai penyangga besi, dari uang Rp 10 juta cuma jadi dua saja. Jadilah enam kolam, setelah kolam jadi tak berselang lama sudah momen Idul Adha,” ujarnya.
M Imron pada saat itu lantas berpikir ingin membuat yayasan, hasil dari masukan kawan-kawannya. Membuat yayasan ditujukan, supaya lebih serius dan tidak setengah-setengah untuk niat berbagi manfaat.
”Parit itu yang kecil, kalau bisa mengairi sawah-sawah yang begitu luas, parit itu tak akan kering,” kata M Imron mengumpamakan.
Dia mengakui, bila mengelola yayasan tidaklah mudah dengan pengalaman yang sedikit. Belum lagi soal relasi orang-orang yang bisa membina yayasan atau lain-lain. Namun M Imron percaya, bila semua orang punya relasi atau link yang besar, yakni zat yang memiliki segala link, yaitu Allah SWT, yang menciptakan makhluk.
Proses pun berjalan, dan pada akhirnya Yayasan Disabilitas Tangguh diluncurkan bersama DT Peduli, bersamaan dengan momen Idul Adha 2020. Bahkan saat itu melalui dana yang dikelola DT Peduli, menyumbang sapi dan kambing kepada Yayasan Disabilitas Tangguh. Daging yang dihasilkan disebar ke 750 kk. Sebanyak 250 kk di antaranya, dibagikan ke warga sekitar dan daerah lain, seperti Kabupaten Demak dan Ungaran.
Kendala Pakan dan Solusi Pegadaian Syariah
M Imron bersama lima rekannya memulai beternak ikan Lele. Dalam prosesnya dibimbing oleh DT Peduli serta pihak lain dari kalangan universitas, yakni beberapa mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip).
”Panen pertama lele itu hampir 1 kuintal, dari 3.000 ekor benih. Karena panen lele hasilnya bagus, DT Peduli tertarik dan membantu lagi, supaya produk bisa terjual sampai luar kota, dengan membuat olahan Abon Lele. Tapi kesulitannya bukan di produksi, namun pada pemasaran,” ujar dia.
Dalam pemasarannya, relasi menjadi penting untuk menjangkau pasar yang lebih luas. M Imron bahkan dibantu temannya, untuk bisa menjangkau komunitas konsumen di luar negeri. Produk-produk Abon Lele yang dinamai Tangguh Roso itu, kemudian dibantu DT Peduli, yang menyasar ke konvensi-konvensi internasional, yang ada di Indonesia.
”Kalau pemasarannya di pasar rakyat tidak jalan, karena nilai ekonominya berbeda. Tapi bagi kalangan menengah atas, tidak melihat berapa harga Abon Lele itu, melainkan melihat kok bisa jadi enak ya. Rasa penasaran mereka terjawab dengan membeli produk itu,” ujar M Imron.
”Kawan saya itu misalnya, bisa menjualkan kepada orang yang tidak doyan lele. Awalnya mencoba Abon Lele, dan akhirnya doyan. Padahal dia juga bawa Abon Lele produk lain, dan dia tetap tidak doyan. Pada intinya, Abon Lele ini enak dan berkualitas. Kawan saya yang punya komunitas di luar negeri seperti Malaysia, bisa memasarkan juga ke sana,” kata dia melanjutkan.
Meski demikian angka pengeluaran dalam ternak lele cukup tinggi, karena pakan pelet pabrikan itu harganya menguras dana. Lalu bertemulah Yayasan Disabilitas Tangguh dengan Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang, dan DT Peduli.
”Akhirnya kami bertemu dengan Pegadaian Syariah, yang membantu mendatangkan alat produksi pakan lele sendiri, beserta bahannya. Alhamdulillah, bisa mengurangi biaya pakan yang tinggi, saat membeli pakan pelet pabrikan. Maka dibuat pakan lokal, guna mengimbangi supaya tak kemahalan di pakan tadi,” kata M Imron.
Selain mendatangkan alat itu, Pegadaian Syariah Cabang Majapahit juga memberikan tambahan bibit ikan nila dan bawal, pada Desember 2023. Total 1.700 benih yang kini coba dibudidayakan M Imron. Saat ini kolam terpal ikan sudah bertambah satu buah, menjadi tujuh.
”Teorinya, kalau pelihara lele di bawah 50 ribu ekor, masih kategori hiburan. Kita masih 9.000 ekor lele paling banyak. Ini ditambah ikan nila 1.500 dan bawal 200 ekor. Kami juga dibelikan water pump, untuk sirkulasi air dan oksigennya,” ujar M Imron.
Lebih jauh dia berharap, semangat menebar manfaat bersama Pegadaian Syariah, DT Peduli serta pihak-pihak lain, akan menjadi berkah. Terutama di bidang yang dia tekuni untuk menjadikan kelompok disabilitas lebih berdaya lagi, melalui Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM).
”Kembalinya juga untuk teman-teman yang membutuhkan. Itu juga akan bermanfaat dan nikmatnya terasa luar biasa. Semoga keberadaan kita bermanfaat, terutama untuk orang-orang disabilitas, yatim piatu dan dhuafa. Anggota Yayasan Disabilitas Tangguh sekarang ada 200 jiwa,” kata M Imron.
Harapan Kebersamaan
Sementara itu, Funding Corporate DT Peduli di Semarang, Syaifullah menjelaskan, Yayasan Disabilitas Tangguh itu kini bisa berdaya dan mandiri. Pihaknya mengapresiasi atas inisiatif Pegadaian Syariah, yang memberikan alat pembuat pakan lele, untuk bisa meminimalisasi pengeluaran dalam beternak lele.
”Artinya, dengan adanya bantuan itu bisa membuat pakan lele sendiri dengan bahan-bahan yang ada. Teman-teman yang mengelola ternak lele ini pun memang dari kaum difabel. Harapannya, dengan sistem inklusi ini, semangat dan tujuan kebermanfaatan bisa tercapai,” kata dia.
Sedangkan Pimpinan Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang, Karjo Ali Sofiin menjelaskan, bantuan-bantuan yang diberikan ke Yayasan Disabilitas Tangguh berasal dari Dana Kebajikan Umat (DKU). Di mana pengumpulan DKU berasal dari dana infak dan sedekah, dari nasabah Pegadaian Syariah.
”Setiap tahun kita punya anggaran untuk kegiatan sosial. Meliputi jenis produktif, konsumtif, dan mediatif, sesuai proposal yang masuk dari masyarakat penerima manfaat. Kemarin untuk produktif, salah satunya pemberian bibit ikan untuk Yayasan Disabilitas Tangguh,” katanya.
Selain melirik ternak ikan lele di Yayasan Disabilitas Tangguh, Pegadaian Syariah juga sempat mengadakan pelatihan servis AC, bekerja sama dengan DT Peduli. Pelatihan yang sifatnya produktif itu, sudah berjalan dua kali, yakni pada 2022 dan 2023.
”Konsepnya, memberikan kail untuk masyarakat yang membutuhkan. Jadi ketika sudah dilatih, harapannya bisa mandiri. Intinya, memberikan kemanfaatan, karena uang berasal dari infak dan sedekah nasabah Pegadaian Syariah. Pemberian itu termasuk ke UMKM, sarana pendidikan, yang sifatnya konsumtif bantuan untuk stunting, untuk yatim piatu di panti asuhan, panti jompo. Pada 2024 ini, akan disesuaikan dengan anggaran yang ada,” ujarnya.
Menggemakan Ekonomi Syariah lewat KUR Syariah PT Pegadaian
Lebih lanjut, Karjo Ali Sofiin menjelaskan, bila Pegadaian Syariah punya produk utama Rahn atau Gadai, untuk menggemakan ekonomi syariah. kemudian pembiayaan porsi haji melalui produk Arrum Haji, yang memberikan kemudahan masyarakat yang ingin melaksanakan ibadah haji.
”Cukup dengan membawa jaminan emas 3 gram, nasabah langsung didaftarkan dan mendapatkan porsi haji. Bedanya dengan tabungan emas di bank konvensional, harus terkumpul dahulu senilai 25 juta, untuk mendaftar haji. Tapi kalau Arrum Haji cukup 3 gram emas senilai Rp 1,9 juta,” kata dia.
Kemudian Rahn Tasjily Tanah (RTT), digunakan untuk nasabah produktif, yang punya usaha dengan jaminan tanah atau properti, untuk mendukung UMKM. Lalu ada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah, yang tanpa jaminan dengan maksimal nilai Rp 50 juta.
”KUR Super Mikro maksimal Rp 10 juta, KUR Mikro sampai Rp 50 juta, cicilan lebih murah dengan jasa atau ujroh sebesar 3 persen per tahun atau 0,14 persen per bulan. Lama cicilan 1-3 tahun,” paparnya.
Di luar program-program berkah yang memberi manfaat sosial lewat DKU Pegadaian Syariah, produk bisnis perusahaan gadai negara itu juga kian tren. Laju pertumbuhan produk non gadai Pegadaian Syariah, yakni Arrum Mikro, mencatatkan kinerja positif.
Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Kota Semarang misalnya, menyebut pertumbuhan nilai Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah, melalui program Arrum Mikro, naik tiga kali lipat dari tahun 2022 ke 2023, secara Year on Year (YoY).
Manager Non Gadai Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Kota Semarang, Istiono menambahkan, penyaluran KUR 2022 pada angka Rp 1.420.000.000. Kemudian naik tiga kali lipat pada 2023 mencapai Rp 4.797.000.000.
”Total nasabah aktif hingga Desember 2023 sebanyak 569. Alhamdulillah, ini hasil kerja keras selama delapan bulan,” ujar Istiono, yang ditemui Rabu (3/1/2024).
Sementara melansir laman PT Pegadaian, secara Nasional untuk kategori produk non gadai, Arrum Mikro memiliki kinerja positif dengan penyaluran KUR Syariah yang tumbuh 298% dari Rp 427 miliar di semester I/2022, menjadi Rp 1,8 triliun pada semester I/2023.
”Alhamdulillah, menutup semester I/2023, Pegadaian berhasil menorehkan kinerja yang positif. Pegadaian menyampaikan terima kasih kepada seluruh nasabah atas kepercayaan yang diberikan, untuk selalu menggunakan produk dan layanan Pegadaian. Dan manajemen mengapresiasi seluruh Insan Pegadaian atas kerja keras dan kontribusi luar biasa yang diberikan untuk perusahaan,” ujar Direktur Utama PT Pegadaian Damar Latri Setiawan, pada 26 Juli 2023, melansir laman resmi PT Pegadaian.
Angka itu kemungkinan besar bertambah, seiring penghitungan pada tutup semester II/2023. Dengan demikian, tren ekonomi syariah Nasional akan mampu menyumbang besar pendapatan perusahaan BUMN tersebut.
Kinerja bisnis yang diakui perseroan tumbuh positif, juga berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan PT Pegadaian dan Entitas Anak yang dipublikasikan pada Selasa 25 Juli 2023, tercatat laba perusahaan naik 18,7% dari Rp 1,77 triliun pada semester I/2022, menjadi Rp 2,1 triliun pada semester I/2023.
Sementara pendapatan usaha perusahaan juga mengalami kenaikan secara Year on Year (YoY) sebesar 8,93% dari Rp 10,86 triliun, menjadi Rp 11,83 triliun per Juni 2023. Aset Pegadaian juga tercatat naik dari Rp 68,74 triliun menjadi Rp 77,6 triliun pada periode yang sama atau tumbuh 12,9%.
Pertumbuhan kinerja perusahaan juga turut didorong oleh peningkatan jumlah nasabah pegadaian sebesar 10,68% dari 20,6 juta orang, pada Juni 2022 menjadi 22,8 juta orang pada Juni 2023.
Diaz Azminatul Abidin