Nano Warsono dan Yahal Desmon dengan Sindikat Posternya membuat tembok kota yang kotor itu bicara. Menyampaikan ayat ayat tentang pelestarian Lingkungn. Peringatan tentang keserakahan manusia.

Oleh : Fahrudin de Brodin

Mengikuti arah seni melukis tembok yang dilakukan oleh Nano Warsono, kita menjadi sadar bahwa “tembok memang bisa bicara”, sekeras soud system para demontran. Bahkan lukisan di tembok itu bisa menyentuh hati, bagi yang masih memiliki nurani.

Ini menjadi sangat bernilai, saat suara rakyat dirampok dalam drama tragedi lima tahun sekali bertajuk pesta demokrasi. Saat mekanisme audiensi dengan penguasa harus dicomblangi oleh LSM dan para makelar kasus.

Juga saat para pemuka agama menggembalakan umatnya hanya dengan ritual keintiman dengan Sang Khaliq hingga lupa membahas hubungan manusia dengan manusia lainnya dan mengabaikan hubungan manusia dengan alam. Tembok adalah teman paling setia mendengarkan keluh kesah kita, tentang apa saja, dan kepada siapa saja.

Lukisan tembok sepanjang 8 meter dengan obyek hiu totol atau yang dikenal dengan hiu paus (Whale Shark) kini terpampang di tembok seberang depan di ujung jalan Sersan Sumirat Jepara, dekat SMPN 1 Jepara.

Lukisan tembok sepanjang 8 meter dengan obyek hiu totol atau yang dikenal dengan hiu paus (Whale Shark) kini terpampang di tembok seberang depan di ujung jalan Sersan Sumirat Jepara, dekat SMPN 1 Jepara.

Hiu itu dikerubungi begitu banyak kupu kupu yang menggendong pula api semangat yang berkobar kobar. Di bawahnya tertulis : Karimunjawa Jepara Muria Biosfer Dunia.#Savekarimunjawa!

Hiu Paus atau hiu totol adalah salah satu biota laut yang secara fisik provokatif bisa sampai sepanjang 18 meter dengan usia bisa sampai 130 tahun an. Hewan. Laut ini sudah sangat langka, adanya di lautan tropis yang hangat. Seringkali mereka terdampar sampai ke pantai. Dan harus dibantu oleh manusia untuk kembali ke lautan lepas.

Dengan hiu paus yang ukurannya besar tadi Nano Warsono dan Yahal Desmon dengan Sindikat Posternya ingin menyampaikan pesan dan bahkan peringatan pada siapa saja bahwa ada hal besar yang kini sedang terabaikan oleh masyarakat juga pemerintah daerah Jepara. Apa itu? Karimunjawa.

Nano Warsono tengah menyelesaikan lukisan tembok sepanjang 8 meter dengan obyek hiu totol atau yang dikenal dengan hiu paus (Whale Shark)

Kekayaan alam juga kekayaan sejarah yang sedang dijarah habis habisan atas nama kepentingan ekonomi semata mata tanpa mempernatikan kepentingan kepentingan yang lebih fundamental sifatnya.

Karimunjawa sebagai bagian penting cagar biosfer Karimunjawa Jepara dan Muria harus diselamatkan dari kepentingan beberapa gelintir orang yang rakus dan eksploitatif terhadap alam. Orang-orang yang bisa membeli apa saja termasuk keluasaan untuk kepentingan pribadinya.

Wilayah yang oleh UNESCO dianggap penting sebagai penyangga kehidupan dimuka bumi ini, ternyata bisa saja ditabrak dan dirusak oleh kekuatan ekonomi yang oligarkis. Tentu saja hal ini tidak boleh dibiarkan. Rakyat Jepara harus disadarkan bahwa dalam tata kehidupan bersama, manusia dengan manusia, manusia dengan alamnya, juga manusia dengan Tuhan harus ditata kembali secara proposional. Demi tercapainya kesejahteraan lahir batin dan berkelanjutan.

Dari 17 titik cagar biosfer di Indonesia Karimunjawa Jepara dan Muria adalah titik dengan luasan no 2 yakni 1,23 jt ha. Tentu dengan keunikan khusus alam flora dan faunanya. Seharusnya kelebihan ini yang harus bisa kita manfaatkan secara ekonomi tanpa harus merusak alamnya. Seharusnya Jepara bangga menjadi penyangga kehidupan di planet bumi ini.

Karena alasan yang demikian itulah Nano Warsono, Yahal Desmon dengan Sindikat Posternya membuat tembok kota yang kotor itu bicara. Menyampaikan ayat ayat tentang pelestarian Lingkungn. Peringatan tentang keserakahan manusia.

Tentu saja mural Hiu Paus iti akan menjadi sebuah demonstrasi yang tak kenal berhenti sampai gambar itu dihapus pada suatu hari. Atau rusak oleh waktu. Dan mungkin juga tidak ada pihak pihak yang merasa didemo. Yang ada adalah ketika pesan mural dari tembok yang meratap itu sampai ke hati, orang menjadi sadar dan kemudian akan bertindak dan berlaku benar.

Tentang Moral Imanuel Kant menulis:Men are equal in dignity because their capacity for moral choice.

Sedang tentang Mural Nano Warsono berbisik untuk menyampaikan kebenaran dan keyakinan kita tak selalu harus dengan mengangkat dan mengepalkan tangan kiri kita. Kita lakukan apa saja sesuai kemampuan kita dengan jangan lupa sambil berdoa kepada Tuhan yang maha Esa. Semua niat baik dibukakan jalan. Niat dan konspirasi jahat digagalkan dan orang orang yang terlibat dimaafkan.

Penulis adalah budayawan Jepara