blank
Bupati dan Wakil Bupati Blora ziarah leluhur, peringati hari jadi ke-274 di makam Blora. Foto: Kudnadi Saputro Blora

BLORA (SUARABARU.ID) — Sudah turun temurun setiap peringatan hari jadi Kota Blora, ada rangkaian kegiatan hiburan dan seremonial ziarah ke makam luluhur (Bupati Blora  sebelumnya yang sudah wafat), termasuk pada peringatan tahun ini yang ke-274.

Inilah cara Bupati Blora, dalam mengenang sejarah dan jasa para Bupati Blora Terdahulu di setiap peringatan hari jadi Blora. Yakni, dengan menziarahi makam, dan juga mendoakan para Bupati Blora terdahulu. Selain  juga anjangsana ke Bupati Blora Sepuh.

Dalam menyambut usia Kabupaten Blora yang ke-274 tahun 2023 ini. Bupati Blora H. Arief Rohman mempunyai cara tersendiri untuk mengingat, mengenang, sejarah dan jasa para leluhur yang telah membangun Kabupaten Blora, hingga kini bisa menjadi daerah yang lebih maju.

Pada Jumat, 8 Desember 2023, Bupati Blora  melangsungkan serangkaian ziarah di sejumlah lokasi makam Bupati Blora terdahulu. Diawali dari Makam Tirtonatan, Ngadipurwo, dilanjutkan ke Makam Sunan Pojok, lalu TPU Giri Mulyo Cepu, dan Makam Mbah Janjang di Jiken.

Tidak ketinggalan, Bupati juga bersilaturahmi atau anjangsana ke kediaman Bupati Blora sepuh, yakni RM Yudhi Sancoyo.

“Alhamdulillah ziarah leluhur Kabupaten Blora dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-274 di Komplek Makam Tirtonatan Ngadipurwo pagi tadi berjalan lancar. Dengan mengenakan beskap landung tanpa keris, kami bersama Forkopimda menziarahi makam Bupati tempo dulu,” jelas Bupati Blora.

Rangkaian ziarah yang juga diikuti oleh Wakil Bupati Blora Tri Yuli Setyowati, ST,  Forkopimda Blora, Kepala Kemenag Blora, Sekretaris Daerah,  para kepala OPD, Camat hingga para Kades dan Lurah di Blora.

Selain ziarah di dalam daerah, lanjut Bupati Blora, ziarah ke makam Bupati luar daerah yang telah wafat juga dilaksanakan sebelumnya oleh jajaran pejabat Pemkab Blora.   Seperti di Tuban, Semarang, Temanggung, Yogyakarta, dan Solo.

Di setiap lokasi ziarah, Bupati Blora dan rombongan melakukan pembacaan tahlil, doa, dan tabur bunga di pusara makam para leluhur dan Bupati Blora yang sudah meninggal dunia.

“Terima kasih atas seluruh dedikasi dan pengabdiannya selama memimpin dan membersamai pembangunan Blora semasa hidup. Semoga semuanya husnul khatimah,” ucap Bupati Blora mendoakan.

Tokoh Penting Blora

Salah satu lokasi ziarah  adalah Makam Sunan Pojok. Sunan Pojok atau ‘Pangeran Sedah’  merupakan salah satu leluhur Blora, panglima perangnya Sultan Agung Hanyokrokusumo (Sultan Mataram Islam, yang memerintah selama 32 tahun, 1613-1645 M).

Sebelum menetap di Blora, Pangeran Sedah menjabat sebagai Adipati Tuban selama 42 tahun (1619-1661). Setelah turun tahta dari Adipati Tuban, Pangeran Sedah memilih menetap di wilayah Blora untuk menyebarkan agama Islam. Saat itu Blora masih menjadi  bagian Kadipaten Tuban.

Namun, karena lama kelamaan Blora semakin ramai, maka Sultan Mataram menjadikan Blora sebagai Kadipaten terpisah dengan Tuban (sebelum terbentuknya Kabupaten). Sunan Pojok pun tidak mau menjadi Adipati lagi, sehingga Mataram menjadikan Raden Tumenggung Joyodipo putra Sunan Pojok sebagai Adipati Blora pertama saat itu.

Lebih lanjut, Bupati Blora mengungkapkan, bahwa Sunan Pojok, merupakan salah satu tokoh penting dalam terbentuknya Kabupaten Blora.

“Sunan Pojok dan Raden Tumenggung Joyodipo dimakamkan di selatan Alun-alun yang kini dikenal sebagai Makam Gedong Sunan Pojok. Jadi bisa dikatakan Sunan Pojok adalah salah satu pendiri cikal bakal Kabupaten Blora,”  ungkap Bupati Blora.

Dikemukakan, baru pada 11 Desember 1749 Raden Tumenggung Wilatikta diangkat oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Mataram) sebagai Bupati Blora dan diyakini sebagai awal mula terbentuknya Kabupaten Blora.

“Tumenggung Wilatikta kini makamnya ada di Tuban, dan kemarin  telah diziarahi juga oleh Pemkab,” tandas Bupati Blora.

Kudnadi Saputro