Ketersediaan air bersih sangat penting bagi kehidupan manusia dan saat ini kebanyakan warga masih mengandalkan air dari sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Namun penggunaan sumur bor masih banyak kendala, salah satunya dalamnya galian untuk mendapatkan air dan mahalnya biaya untuk membuat sumur bor tersebut. Oleh karena itu diperlukan sistem penyediaan air bersih yang lebih moderat dengan menggunakan air hujan dan air tanah salah satunya dengan multi reservoar berbasis flatfom Internet of Things (IoT). Hal tersebut disampaikan oleh Dudung Mulyadi ST MM dalam ujian terbuka di Program Doktor Teknik Sipil, Kamis (30/11/2023).
Lebih lanjut ia menjelaskan tujuan bahwa penelitiannya adalah menghitung kebutuhan air, ketersediaan air permukaan dan air tanah pada masa perencanaan. Kemudian merancang model sistem penyediaan air bersih dengan mengoptimalkan panggunaan air permukaan (air hujan) dan menggunakan air tanah sebagai cadangan.
Selanjutnya adalah membuat model sistem penyediaan air bersih dan pengelolaannya dari dua sumber air (air permukaan dan air tanah) dengan multi reservoar berbasis platform IoT.
Metode penelitian berupa metode eksperimen skala laboratorium dan lapangan, dengan analisis kuantitatif. Penelitiannya dilakukan di Perumahan Taman Argo Subur Tangerang. Alat yang digunakan berupa alat sensor yang mampu mengelola dalam mensuplai kebutuhan air mulai dari menditeksi ketersediaan air di reservoar, reservoar bawah dan reservoar atas secara otomatis.
Aplikasi yang digunakan adalah Epanet 2.0 sedangkan platform IoT memakai Blynk untuk tampilan di Hand Phone dan Thinspeak untuk data logger. Hasil analisis ketersediaan air permukaan menunjukkan bahwa Kabupaten Tangerang memiliki tingkat rata-rata curah hujan mencapai 2.300 mm per tahunnya.
Debit andalan terendah sebesar 10,02 liter/detik dapat memenuhi kebutuhan base demand sebesar 9,22 liter/detik pada musim hujan. Hasil penghitungan debit air akuifer menunjukkan bahwa akuifer di Perumahan Taman Argo Subur Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang memiliki debit 2,61 liter per detik.
Setelah dipergunakan reservoar 3 untuk menampung air pada musim hujan maka tersedia debit sebesar 18,32 liter/detik dan mampu memenuhi kebutuhan air pada musim kemarau. Ketersediaan air tanah dipergunakan untuk cadangan pada kondisi kemarau kritis.
Hasil analisis Epanet menunjukkan saluran rumah dengan tingkat debit tertinggi terdapat pada blok R11 membutuhkan debit mencapai 0,25 liter/detik dan tingkat debit terendah blok R01. S10, S13, S16, S19 dan S20 membutuhkan debit mencapai 0,02 liter per detik ketika memasuki jam puncak.
Model rancangan penyediaan air bersih memanfaatkan sensor untuk mengukur tingkat ketinggian air dan mengintegrasikannya dengan internet of things. Hasil pengujian sensor menunjukkan tingkat error kurang dari 5%, sehingga dapat dinyatakan model yang dibuat masih memenuhi kriteria. Tampilan aplikasi Blynk dan Thingspeak di smartphone dapat berjalan dengan baik dan normal dengan tampilan yang menarik dan dinamis.
Para penguji dalam sidang terbuka tersebut yakni Ir Rahmat Mudiyono MT PhD, Prof Dr Ir S Imam Wahyudi DEA, Prof Ir Pratikso MST PhD, Prof Dr Ir Antonius MT, Dr Ir Sudarsono MSi, Ir M Faiqun Ni’am MT PhD dan Prof Dr Ir Muhammad Muhlisin MT.
Dudung Mulyadi ST MM berhasil meraih gelar doktor dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,84 dengan masa studi 3 tahun 8 bulan dan merupakan lulusan ke 20 di Program Doktor Teknik Sipil Unissula.