Wali kota mengatakan, seluruh pejabat, pengusaha, dan orang-orang sukses tak akan berhasil jika tidak ada peran serta seorang guru yang membimbing dan mengajari. Termasuk dirinya yang kini menjadi Wali Kota Semarang perempuan pertama itu.

“Kalau tidak ada bapak ibu guru, kita semua tidak akan seperti ini. Kita semua tidak akan bisa menjadi orang hebat. Kalau tanpa panjenengan semua kita bukan siapa-siapa,” katanya sembari menyampaikan terima kasih kepada ribuan guru yang memadati Lapangan Pancasila, Simpang Lima.

Di momentum ini, dirinya menyoroti sejumlah hal terkait kemajuan guru di tengah era digitalisasi. Menurutnya, periode sekarang menjadi tantangan berat bagi guru untuk mengembangkan diri.

“Tantangan menjadi guru sangat luar biasa, kita tahu zaman digitalisasi seperti ini semua mudah dilihat dan dijangkau,” katanya.

Meski begitu, masih ada beberapa titik poin negatif yang harus menjadi fokus perhatian saat ini. Dua di antaranya yaitu, perundungan dan kekerasan seksual harus dicegah dan diperangi bersama-sama.

“Kami minta dibantu bapak ibu guru untuk mensosialisasikan atau mencegah supaya anak-anak ini tidak menjadi korban pelecehan seksual oleh oknum yang tidak bertanggung jawab,” katanya.

Dia menyebut, peserta didik adalah generasi penerus dan harapan bangsa untuk meraih Indonesia Emas 2045. Apabila tidak dirawat dan dibimbing, justru dirusak akan mempengaruhi masa depannya kelak.

“Kami terus-menerus untuk melakukan upaya untuk pencegahan-pencegahan tersebut supaya anak-anak bisa makin hebat,” katanya.

Dalam perayaan Hari Guru Nasional 2023 ini, terdapat penobatan guru inspiratif, pemberian bantuan seragam sekolah, buku tabungan pendidikan, hingga bantuan mebeler.

Juga dilakukan peluncuran inovasi serba digital. Seperti Warung Rakyat Kota Semarang (Warak Semar) merupakan sebuah platform aplikasi jual-beli hasil urban farming warga, yang di dalamnya juga menjadi wadah pemasaran produk P5 para siswa.

Termasuk Smart Kantin atau sistem pembayaran di kantin-kantin sekolah yang telah memakai QRIS sebagai alat transaksi siswa-siswi di Kota Semarang.

Hery Priyono