Oleh : Khoidaroh, S.Pd.SD
Pendidikan merupakan bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat akan perubahan. Perubahan dan perkembangan pendidikan merupakan hal yang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan (Trianto, 2009: 1).
Namun jika kita menilik data yang di rilis Programme for International Students Asesment (PISA) menunjukkan bahwa Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 sampai 15 tahun terakhir. Sekitar 70% peserta didik usia 15 tahun berada dibawah kompetensi minimum membaca dan matematika. Karena itu krisis pembelajaran di Indonesia telah berlangsung lama.
Krisis pembelajaran diperarah oleh pandemi Covid-19 dengan adanya learning loss dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran. Data hasil Asesmen Nasional tahun 2021 menunjukkan bahwa 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi dan 2 dari 3 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum numerasi.
Berdasarkan hasil PISA tersebut, membaca belum menjadi budaya bagi masyarakat kita. Kebiasaan di rumah dimana orang tua tidak menyediaakan buku membuat anak menjadi jauh dari tumbuhnya minat baca. Pembelajaran yang dilakukan guru di kelas cenderung pasif yakni membiasakan siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru, tanpa membiasakan siswa untuk membaca.
Hasil studi yang dilakukan oleh PISA tersebut sesuai dengan permasalahan di SDN 3 Geneng. Hasil raport pendidikan pada tahun 2023 pada bidang literasi menunjukkan 50% siswa berada pada kategori dasar dan 20% berada pada kategori perlu intervensi khusus.
Rendahnya nilai literasi di SDN 3 Geneng menjadi masalah yang serius. Hal ini nampak jelas pada aktivitas siswa sehari-hari yang lebih senang menghabiskan waktunya untuk bermain dibandingkan dengan membaca. Selain pembelajaran yang kurang membiasakan siswa untuk membaca. Dikelaspun tidak ada fasilitas pojok baca yang nyaman. Majalah dinding belum terpajang karya- karya siswa.
Masalah yang sama juga terlihat di perpustakaan sekolah. Suasana perpustakaan sekolah terlihat sepi pengunjung. Buku-buku berjajar rapi tanpa tersentuh oleh siswa sama sekali. Siswa tampak lebih senang menghabiskan waktunya untuk bermain.
Siswa yang berkunjung ke perpustakaan merupakan orang yang sama setiap harinya. Hal ini ditambah dengan adanya survei yang dilakukan penulis pada bulan September terdapat 80% siswa kelas 4-6 memilih lebih tertarik dengan gadget daripada buku.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat dirangkum bahwa beberapa penyebab minat baca siswa SDN 3 Geneng masih rendah adalah 1) belum maksimalnya kebijakan sekolah untuk mendorong siswa membaca, 2) pengelolaan perpustakaan sekolah belum efektif, 3) kondisi lingkungan sekolah belum mgemberikan fasilitas yang menarik siswa untuk membaca misalnya tidak tersedianya pojok baca yang nyaman bagi siswa.
Adapun solusi yang ditawarkan adalah melakukan pemberdayaan program literasi dengan penataan lingkungan fisik sekolah agar siswa merasa tertarik untuk membaca.
Dimulai dari pembuatan program literasi, pemberdayaan perpustakaan dan majalah dinding serta menata lingkungan fisik sekolah hingga menjadi kaya teks dengan pembuatan pojok baca di setiap kelas, menempelkan berbagai poster, menata area baca di lingkungan sekolah secara nyaman, serta mendorong guru dan siswa agar berusaha menciptakan karya teks bersama-sama.
Pemberdayaan Gerakan Literasi Sekolah Melalui Penataan Lingkungan Sekolah Kaya Teks di SDN 3 Geneng memiliki tujuan agar budaya membaca di SDN 3 Geneng dapat meningkat. Berikut beberapa metode untuk meningkatkan literasi di SDN 3 Geneng
Membuat program literasi
Kepala sekolah bersama guru menyusun program literasi bersama. Melalui program literasi ini diharapkan dapat meningkatkan penguatan literasi siswa. Kegiatan Literasi di SDN 3 Geneng dimulai dari kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, kegiatan menulis karangan baik fiksi maupun non fiksi, serta kegiatan satu minggu satu buku
Pemberdayaan perpustakaan SD
Mengoptimalkan fungsi Perpustakaan SD dengan cara : melengkapi buku perpustakaan oleh berbagai buku tidak hanya buku pembelajaran namun juga di lengkapi dengan majalah anak, komik, dongeng. Sehingga siswa mendapatkan pengalaman membaca buku yang beragam. Selain itu dengan cara menjadwalkan secara rutin siswa yang pergi keperpustakaan. Penjadwalan bergilir dari mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6 bertujuan membiasakan siswa agar mau pergi ke perpustakaan.
Membuat pojok baca
Sudut baca kelas mampu menunjang fungsi perpustakaan. Sudut baca kelas bermanfaat untuk mendekatkan buku kepada peserta didik. Sudut Baca Kelas dikelola oleh guru, peserta didik, dan orang tua. Orang tua juga ikut berperan yakni dengan mgemberikan bantuan buku untuk mengisi sudut baca ini.
Membuat area baca
Area baca meliputi lingkungan sekolah bisa dimana saja asalkan merupakan spot yang nyaman untuk siswa membaca buku. Area baca ini bisa ditempatkan di mushola, kantin, atau ditaman. Area baca dilengkapi oleh koleksi buku untuk memfasilitasi kegiatan membaca peserta didik dan warga sekolah.
Pemanfaatan Mading
Majalah Dinding (Mading) merupakan sarana media komunikasi, wadah kreativitas, menambahkan kebiasaan membaca, pengisi waktu, melatih kecerdasan berpikir, melatih berorganisasi, dan mendorong latihan menulis. Kegiatan pergantian madding di SDN 3 Geneng dilakukan secara periodik yaitu setiap satu bulan sekali.
Menata Lingkungan Sekolah Kaya Teks
Lingkungan kaya teks di lingkungan sekolah dimaksudkan agar siswa terbiasa membaca dan mengkaji apa yang ada disekitarnya. Teks-teks yang sengaja dikondisikan agar siswa dapat membaca yang berisi motivasi, berita, serta gambar. Dalam menata lingkungan sekolah teks Kepala Sekolah beserta guru dan siswa menempelkan banner motivasi di dinding luar kelas, perpustakaan, dan kantin serta aktif mengganti berita up to date yang terdapat di majalah dinding setiap minggunya.
Sedangkan untuk ruang kelas dihiasi dengan berbagai poster, kata-kata motivasi, dan karya-karya siswa untuk dapat memikat siswa agar mau membaca.
Dengan kegiatan penguatan literasi dengan menata lingkungan sekolah kaya teks dapat membuat siswa lebih tertarik membaca. Hal ini dapat dilihat pada minat siswa pada majalah dinding, perpustakaan, pojok baca, dan spot area baca di sekolah yang meningkat pesat.
Penulis adalah Kepala SDN 3 Geneng, tulisan telah di edit oleh Dedy Setyawan