blank
Ilustrasi tokoh Ratu Kalinyamat (Foto: https://www.deviantart.com/kenichir).

JEPARA (SUARABARU.ID)- Hari ini bertepatan di Hari Pahlawan Jumat, 10 November 2023, salah satu tokoh dari Kabupaten Jepara bernama Ratu Kalinyamat secara resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Bertempat di Istana Negara Jakarta, Presiden Joko Widodo, telah menyerahkan Keputusan Presiden tentang Penganugrahan Gelar Pahlawan Nasional kepada Ratu Kalinyamat. Keppres ini diterima oleh Pj Bupati Jepara Edy Supriyanta.

Diantara undangan yang nampak,  hadir di Istana Negara  adalah  Wakil Ketua MPR RI Dr. Lestari Moerdijat inisiator pengusulan gelar Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional, didampingi tim perumus Naskah Akademik Prof. Ratno Lukito, dan Prof. Alamsyah.

Lalu, siapakah sebenarnya Ratu Kalinyamat hingga mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dari Pemerintah. Berikut fakta-fakta Ratu dari Jepara yang dijuluki orang Portugis sebagai Reinha de Japora Rainha de Japora, Senhora Poderisa e Rica  yang artinya Ratu Jepara perempuan kaya dan sangat berkuasa.

1. Putri Sultan Trenggono

Ratu Kalinyamat yang bernama asli Retna Kencana ini merupakan salah satu putri dari Sultan Trenggono penguasa Kerajaan Islam Demak yang berukuasa pada tahun 1521-1546. Sultan Trenggono adalah putra Raden Patah Sultan Demak I. Kemudian Ratu Kalinyamat dinikahkan dengan Raden Thoyib dari Aceh atau yang terkenal dengan julukan Pangeran Hadlirin, Putra Sultan Mughayat Syah, yang merupakan Raja Aceh.

2. Membangun Galangan Kapal

Bersama suaminya Pangeran Hadlirin, Ratu Kalinyamat mengembangkan wilayah Jepara sebagai pusat industri galangan kapal. Karena Jepara merupakan wilayah pelabuhan sebagai pintu masuk utama Kerajaan Demak. Pangeran Hadlirin mempunyai industri galangan kapal yang sangat besar. Perusahaan pembuatan kapal ini mempekerjakan 700 tukang kayu yang tersebar di wilayah bawahan kekuasaan Pangeran Hadlirin meliputi Jepara, Kudus, Pati, Juana dan Rembang.

3. Memperkuat Poros Maritim

Hampir 500 tahun yang lalu Ratu Kalinyamat telah mengembangkan konsep poros maritim. Dimana Jepara merupakan bandar terbesar sebagai pusat perdagangan antar kerajaan dan antar negara, disamping sebagai pintu masuknya kerajaan Demak. Demi menjaga keamanan laut Ratu Kalinyamat membangun hubungan khusus bidang perdagangan dan militer dengan kerajaan-kerajaan yang memiliki armada laut yang cukup kuat seperti Banten, Cirebon, Aceh, Maluku, Malaka, Bangka, Tanjungpura, Lawe dan Johor.

Menurut Schrieke dalam buku Indonesian Sosiologigal Studies, pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat Jepara telah berkembang menjadi kota pelabuhan yang sangat penting. Dengan kedalaman air yang mampu menampung beban muatan kapal 200 ton lebih, sangat menarik bagi para pedagang untuk menggunakan pelabuhan Jepara sebagai tempat menurunkan atau mengangkut barangnya. Bersamaan dengan banyaknya pedagang yang menggunakan jasa pelabuhan Jepara, Ratu Kalinyamat mengembangkan industri galangan kapal yang telah dirintis dengan Sultan Hadlirin.

Industri galangan kapal ini menurut  H.J. de Graaf dan G. Th. Pigeud termasuk yang terbaik di Asia Tenggara. Bahkan Albuquerque pernah membawa 60 tukang pembuat kapal yang ahli dari Jawa untuk memperbaiki kapal-kapal Portugis yang rusak di India.

4. Topo Wudho Sinjang Rambut

Ratu Kalinyamat pernah mengalami masa berkabung atas wafatnya Sultan Hadlirin karena konflik trah Demak dalam perebutan kekuasaan. Saat itu Ratu Kalinyamat sempat meninggalkan gemerlapnya istana dengan menjadi seorang pertapa di Goa Sonder, Bukit Donorojo. Sehingga menjadi sebuah simbol atau perlambang dalam masyarakat Jawa bahwa Ratu Kalinyamat topo wudho sinjang rambut. Yang artinya menanggalkan seluruh kekuasaannya.

5. Mengusir Portugis dari Bumi Nusantara

Dalam catatan seorang musafir Portugis yang bernama Diego de Couto, Ratu Kalinyamat digambarkan sebagai Rainha de Japara senhora paderosa e rica, Ratu Jepara seorang wanita kaya dan berkuasa. Hal ini tidak lepas dari ekspedisi jihad I dan II yang tampaknya terinspirasi oleh pamannya Adipati Unus yang pada tahun 1513 dan 1521 telah mengirimkan armada perangnya ke malaka dalam mengusir penjajah Portugis.

Tigapuluh tahun kemudian Pada tahun 1551 masehi, atas permintaan Raja Johor Ratu Kalinyamat mengirimkan armada perang gabungan sejumlah 200 kapal perang, 40 diantaranya dari Jepara dengan membawa 5000 prajurit. Pada Ekspedisi Jihad II tahun 1574 masih menurut catatan Diego de Couto Ratu Kalinyamat kembali mengirimkan armada perang yang lebih besar 300 kapal perang dengan membawa 15000 prajurit dari Jawa. Kali ini atas permintaan Sultan Ali Riayat Syah dari Aceh tujuannya sama dalam rangka mengusir penjajah Portugis di Malaka.

ua