Momen ini cukup menjadi buruan meskipun sunset atau matahari tenggelam yang indah hanya tampak pantulan cahayanya saja.

Embung Bansari kini menjadi tren karena menjadi jujugan wisata bagi warga Jawa Tengah khususnya.

Populernya Embung Bansari cukup malang melintang diunggah di media sosial, hingga viral dan makin dikenal sejak diresmikan Presidan Jokowi didampingi Gubernur Ganjar Pranowo pada 2021.

blank
Sejumlah remaja mendirikan tenda di kompleks Embung Bansari yang telah menjadi lokasi wisata selain kegunaannya utnuk penampungan air baku dan pertanian. Foto: Diaz Azminatul Abidin

Embung Bansari kini mendatangkan rupiah dan menggerakkan perekonomian di desa, di mana kini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Tirta Sembada.

Harga tiket masuk Rp 5 ribu, dan parkir kendaraan Rp 5 ribu jadi totalnya Rp 10 ribu.

Pengunjung boleh membawa tenda sendiri ketika ingin bermalam atau camping di Embung Bansari. Bila tidak membawa peralatan camping, Bumdes Tirta Sembada menyediakan jasa persewaan yang bisa dipinjam.

“Kalau tenda kapasitas 3-4 orang Rp 50 ribu, kalau matras Rp 7 ribu, sleeping bag Rp 15 ribu,” ujar Slamet yang sedang bertugas hingga shift malam tersebut.

Slamet mengatakan, Embung Bansari makin lama makin ramai dikunjungi wisatawan sebagai salah satu potensi wisata di Kabupate Temanggung.

Seperti diketahui, sudah ada wisata serupa yakni Embung Kledung yang juga menjadi primadona wisata di Kabupaten Temanggung.

Selain itu Embung Manajar di lereng Gunung Merbabu, Selo, Kabupaten Boyolali yang juga menjelma jadi wisata.

“Kalau Sabtu itu pengunjung kadang bisa mencapai 150 orang, dan Ahad bisa 200-an lebih. Kalau harian itu pendapatan bisa Rp 500 ribu – Rp 700 ribuan ya sekitar 50 orang bisa datang,” ujar Slamet.

Menurut Slamet, wisatawan dalam bentuk rombongan di atas 25 orang juga bisa reservasi jauh-jauh hari.

Deni, salah satu pemuda di Desa Bansari menjelaskan pemandangan akan bagus di Gunung Sindoro ketika bulan Juli-Agustus.

Langit lebih cerah di tangah musim kemarau, sehingga pemandangan bintang di langit akan memanjakan mata.

blank

Embung Bansari bahkan tak surut meskipun mencapai penghujung musim kemarau 2023, yang bisa menbantu penyiraman pertanian tembakau dan sayur-sayuran masyarakat setempat. Foto: Diaz Azminatul AbidinTak Surut saat Kemarau

Embung Bansari pada musim kemarau ini terpantau tak surut, dan airnya masih bisa digunakan petani untuk menyiram tanaman.

Kompleks Embung Bansari seluas 1,5 hektar dibangun pada 2019 oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Pembangunan selesai pada 2020 dan sudah berfungsi menyuplai air ke pertanian hingga menjadi destinasi wisata.

Embung Bansari memiliki kapasites volume tampungan 8558,00 M kubik, luas genangan 0,2500 Ha, elevasi mercu 3,50 m, dengan tipe embung tanggul tanah kedap Geomembran. Adapun peresmiannya dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 14 Desember 2021.

Deni warga Bansari melanjutkan bila, dibangunnya Embung Bansari cukup membantu masyarakat sekitar untuk bertani seperti sayur-sayuran dan tembakau.

“Ya, cukup membantu. Warga sini mayoritas pertaniannya sayuran yang butuh air,” kata dia.

Deni menceritakan bila dahulu masyarakat mengandalkan air sumur untuk menyirami tanaman yang berada di lereng di sisi Timur Laut Gunung Sindoro itu.

Sementara letak desa berada di bagian yang lebih bawah dari Embung Bansari dan lading-ladang pertanian.

Memang banyak pula ladang pertanian yang berada di bagian bawah desa itu.

“Dulu warga itu ambilnya air sumur terus ada yang dipikul menuju ke atas. Sekarang ada Embung sedikit-banyak cukup membantu,” katanya.