Delegasi United Board (UB) dan UKDW bersama Wakil Rektor UKSW serta jajarannya berfoto bersama. Dok/UKSW

Wajah Indonesia yang multifaith

Mengungkapkan apresiasi atas dukungan UKSW, Dr. Maher Spurgeon menyebut bahwa Indonesia dipilih sebagai lokasi yang dianggap relevan untuk pembelajaran tentang multifaith. “Kami berterima kasih atas sambutan hangat yang diberikan UKSW atas kunjungan kami. Kami sangat senang dapat berkunjung ke UKSW dan ingin mengunjungi banyak tempat di sini,” tuturnya.

Dikatakan, AACM akan diikuti oleh sepuluh negara dan berfokus pada Multifaith Models Campus Ministry. Program yang difasilitasi oleh UB ini ditujukan untuk para pelayan kerohanian, konseling, dan pengembangan spiritualitas di Campus Ministry terutama di kampus Kristen di Asia.

Dijumpai usai acara, Pdt. Dr. Ferry Nahusona mengungkapkan hal serupa. Disampaikan, UKSW terpilih sebagai co-host penyelenggara AACM karena ada pluralisme dan juga multifaith. Telebih UKSW juga merupakan Kampus Indonesia Mini. Tidak hanya itu, nantinya UKSW juga akan memfasilitasi ACCM dengan melibatkan komunitas-komunitas lintas kepercayaan lainnya.

Beberapa tempat di Salatiga juga akan menjadi tempat diselenggarakannya ACCM seperti Masjid Klenteng Krajan Dukuh yang bentuknya menyerupai kelenteng, tempat ibadah umat Konghucu.

Selanjutnya adalah Pondok Pesantren Edi Mancoro atas pluralisme karakter pesantren serta keterbukaannya termasuk bagi umat non-Muslim. Desa Wisata Kreatif Perdamaian Srumbung Gunung yang ditetapkan sebagai Desa Wisata Kreatif Perdamaian (DWKP) juga menjadi salah satu tempat yang akan dikunjungi.

Sementara itu Kepala LPKKSK UKDW Pdt. Nani Minarni mengucapkan terima kasih kepada UKSW telah menjadi kampus yang terbuka bagi AACM.

“Terima kasih kepada UKSW yang telah men-support AACM, terutama dalam hal sarana prasarana yang dibutuhkan. Mari kita bekerja sama untuk menunjukkan wajah Indonesia kita yang multifaith, multicultural dan Indonesia yang ramah,” pungkasnya.

Ning S