Di sektor pendidikan, upaya pengetasan kemiskinan dilakukan salah satunya dengan program orang tua asuh dan CSR yang akan membiayai pendidikan anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Bagi anak-anak kurang mampu di jenjang SMA, selama ini sudah mendapat support dari Pemprov Jawa Tengah. Khususnya dengan penyediaan SMKN Jateng yang memang dikonsep menjadi sekolah kejuruan gratis untuk siswa miskin meliputi asrama, seragam, makan-minum, serta biaya sekolah.

Bambang menjelaskan, di tahun 2023 ini Dinas Pendidikan Kota Semarang menargetkan 267 anak yang masuk keluarga miskin ekstrem bisa mengenyam pendidikan dengan layak di semua jenjang.

“Sehingga perlu diintervensi. Dari 267 anak, Alhamdulillah kami sudah mendapat beberapa support. Saat ini tinggal 30 anak,” katanya.

Selanjutnya, Disdik Kota Semarang melakukan pemetaan mulai dari jenjang SD, SMP atau SMA.

“Jenis intervensi yang dilakukan Disdik Kota Semarang yakni yang pertama dengan memindahkan mereka ke sekolah negeri, sehingga bisa sekolah gratis atau dipindah ke sekolah-sekolah swasta gratis,” katanya.

Namun, lanjut Bambang, jika memang anak itu tetap ingin bersekolah di situ, maka Disdik akan mencarikan CSR dari sejumlah pihak.

“Kami buat kolaborasi, seperti di Permata Bangsa School ini memberikan beasiswa kepada lima anak, sampai sekolahnya selesai. Kita carikan anak-anak kurang mampu yang tinggal di sekitar Tembalang dan Banyumanik untuk sekolah di Permata Bangsa ini,” ujarnya.

Tak hanya itu, Disdik Kota Semarang juga akan mencarikan orang tua asuh dan CSR untuk membantu anak-anak yang kurang mampu agar tetap bersekolah.

“Ke depan, akan kami carikan orang tua asuh yang memberikan beasiswa sampai sekolahnya selesai. Dimulai dari saya dulu, sebagai Kepala Dinas Pendidikan akan saya biayai satu anak kurang mampu hingga lulus. Akan saya ajak juga pejabat, dan kembangkan ke perusahaan dan tokoh masyarakat. Saya yakin dengan begitu persoalan pendidikan ini akan segera selesai,” katanya.

Hery Priyono