Anggota DPR RI Vita Ervina memberikan arahan di acara Bintek Perbenihan, hari ini. Foto: eko

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan mengatakan, di daerah tersebut masih sangat membutuhkan penangkar benih padi bersertifikat. Saat sekarang baru ada tujuh penangkar benih yang hanya mampu menyediakan sekitar 30 ton benih untuk lahan sekitar 1.500 hektare (ha).

Padahal lahannya ada 24 ribu ha. Artinya masih banyak potensi yang harus dicukupi oleh petani. Maka dia mendorong kepada petani, kelompok tani,  Gapoktan, menjadi penangkar benih.

Dia mengatakan hal itu dalam acara Bimbingan Teknis (Bintek) Perbenihan Padi Terstandar, di Balaidesa Sumurarum, Grabag, Kabupaten Magelang, hari ini (Senin 16 Oktober 2023). Acara tersebut difasilitasi anggota Komisi IV DPR RI, Vita Ervina. Pesertanya kelompok tani dari beberapa Kecamatan.

Romzi selebihnya mengatakan, untuk penyediaan benih unggul, kantor yang dia pimpin bekerja sama dengan berbagai pihak seperti BUMN, swasta dan lainnya. Juga mengembangkan di UPT Benih yang dimiliki. Tak hanya itu, bekerja sama dengan Balai Benih Jawa Tengah, agar benih yang dihasilkan sesuai dengan harapan.

Kepala Balai Standarisasi dan Instrumen Pertanian Jawa Tengah, Arif Surahman, menambahkan, target penyediaan benih bersertifikat di rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) sebesar 80 persen. Namun saat ini baru 40-50 persen. Jadi masih ada selisih yang masih harus dicapai.

Penangkar Baru

RPJMN harus diselesaikan tahun 2024, karena itu merupakan target 2019-2024. Jadi melalui Bintek itu peluang untuk menumbuhkan penangkar-penangkar baru yang nantinya bisa menghasilkan benih bersertifikat. Hingga tujuan RPJMN secara nasional penggunaan benih bersertifikat bisa tercapai 80 persen.

Disebutkan pula, melalui Bintek itu minimal bisa mencukupi kebutuhan lokal dengan benih bersertifikat. Syukur bisa ke luar daerah. “Selain Bintek juga perlu menumbuhkan kesadaran dari petani untuk menggunakan benih bersertifikat. Itu bisa disampaikan melalui berbagai forum, seperti pertemuan kelompok tani dan lainnya,” katanya.

Terkait keunggulan kalau menggunakan benih bersertifikat, lanjutnya, salah satunya bisa meningkatkan produktifitas. Karena dengan benih bersertifikat hasilnya akan lebih bagus. Menggunakan benih turunan dari yang bersertifikat pun hasilnya bagus. Tetapi lama kelamaan produktifitasnya akan menurun.

Sementara itu Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah, Suryono Budi Santoso, ketika ditemui di sela-sela acara tersebut mengatakan,  kebiasaan petani, senang membuat benih sendiri. Kalau mau menggunakan benih bersertifikat, di dalam labelnya pasti ada keterangan mutunya. Jadi dijamin. Karena benih bersertifikat sejak awal pembuatannya diawasi, sehingga dapat dijamin.

Seperti bibit Kelengkeng Kateki asal Salaman, Magelang, pemasarannya sampai tingkat nasional. Juga ada bibit pisang yang sudah menasional. “Itu jadi tempat belajarnya para akademisi, profesor pun belajar ke Magelang,” tuturnya.

Anggota FPDI-P, Vita Ervina, melalui kegiatan yang dia prakarsai itu ingin mengajak petani untuk mulai menggunakan benih bersertifikat, sehingga kualitas dan jumlah produksi padinya lebih baik.

Juga mendorong munculnya penangkar benih di Kabupaten Magelang. Karena kebutuhan benih padi semakin banyak. Selain itu mendorong benih unggulan Magelang disosialisasikan agar dipakai.

“Kalau Magelang ingin jadi lumbung padinya Jawa Tengah atau nasional masih perlu ditingkatkan produktivitasnya,” katanya.

Eko Priyono