SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dalam mengembangkan skill (kemampuan) menjahit warga binaan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Semarang menggelar pelatihan menjahit boneka.
Kegiatan ini merupakan upaya peningkatan kualitas pembinaan kemandirian untuk warga binaan pemasyarakatan (WBP), salah satunya menjahit boneka.
Berbeda dengan pelatihan-pelatihan sebelumnya, kali ini Lapas Semarang mengadakan pelatihan secara swadaya (mandiri) menggunakan anggaran dana yang berasal dari hasil penjualan karya dari kegiatan kerja (Giatja) Lapas Semarang.
Pada pelatihan menjahit boneka ini, instruktur atau pelatih yang dipilih adalah Rina Sunarya, pemilik UMKM Orins Himawari Handmade.
Rina sendiri sudah sering melakukan roadshow terkait pelatihan kerajinan tangan di berbagai tempat, mulai kelurahan hingga Lapas diberbagai daerah.
Kalapas Semarang, Tri Saptono Sambudji menyampaikan, pelatihan ini dilaksanakan untuk mengembangkan skill warga binaan yang selama ini sudah terlatih di LPK Bina Mandiri Lapas Kelas I Semarang.
“Pelatihan dilaksanakan selama dua hari. Mulai dari membuat ukuran pola boneka hingga menjahit per bagian tubuh boneka diajarkan secara detail oleh pelatih,” ungkap Tri Saptono, Jumat (29/9/2023.
“Untuk hari pertama, mereka mampu menyelesaikan 4 boneka, dan hari kedua ada 14 boneka yang mereka selesaikan,” imbuhnya.
Menurut Tri Saptono, semua kegiatan pembinaan dilaksanakan secara humanis, sesuai UU Pemasyarakatan Nomor 22 Tahun 2022 tentang pemasyarakatan yang mengamanatkan perbaikan secara mendasar dalam pelaksanaan fungsi pemasyarakatan yang meliputi pelayanan, pembinaan, pembimbingan kemasyarakatan, perawatan, pengamanan, dan pengamatan dengan menjunjung tinggi penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia.
Kepala Bidang Kegiatan Kerja, Susi Andriany Pohan menambahkan, semua kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di LPK Bina Mandiri Lapas Kelas I Semarang ini dalam rangka peningkatan kualitas pembinaan kemandirian.
Sementara itu Rina Sunarya mengaku senang bisa kembali memberikan pelatihan di Lapas Semarang. “Mereka (WBP) antusias dan memahami dengan cepat apa yang kami ajarkan. Pada hari pertama mereka sempat kesulitan terutama dalam membuat pola dan mengukur pola, tapi ada juga yang cepat dan mampu membuat 2 boneka dalam sehari,” ujar Rina.
Rina berharap kedepan warga binaan ini semakin terampil dan karya mereka dapat bernilai jual diluar sana.
“Pada awalnya sangat sulit untuk mengukur pola dan menyambung bagian-bagian boneka agar terlihat simetris dan rapi. Berulang kali saya gagal, namun dengan arahan dari instruktur, Alhamdulillah dalam sehari saya mampu membuat 2 boneka,” kata Agus salah satu warga binaan peserta pelatihan pembuatan boneka.
Ning S