REMBANG (SUARABARU.ID)- Lasem memiliki daya tarik wisata yang kaya akan nilai-nilai sejarahnya. Di sana banyak bangunan-bangunan zaman dulu yang sangat menarik untuk di kunjungi salah satunya Roemah Oei.
Berkeliling di Lasem dan di setiap sudutnya sangat cukup menguras energi. Tidak ada salahnya bersantai-santai dulu untuk menyeruput kopi lelet khas Lasem di kedai kopi yang sangat mudah untuk dijumpai di Lasem salah satunya Roemah Oei.
Roemah Oei adalah Tempat yang dikenal sebagai tujuan wisata Sejarah, pusat seni, budaya dan kuliner di Lasem. Lokasinya juga sangat strategis di jalan Jatirogo, yang tak jauh dari Masjid Jami Lasem. Bangunan tersebut sudah berdiri sejak 1818, salah satu bagian dindingnya ditempel berbagai sejarah
Sudah Dua Abad
Pemilik Roemah Oei adalah Oie Am yang lahir pada tahun 1798 di Tiongkok. Meskipun bangunan ini berdiri sejak 1818 rumah ini masih terlihat kokoh. Kayu-kayunya pun masih sama sejak dua abad lalu. Lantainya terakota berlapis semen, sangat sederhana dan khas Cina kuno di abad 19-an.
Teras Roemah Oei melebar panjang. Pintu utama masuk terbuat dari kayu-kayu berwarna coklat dengan ukiran kanji Tiongkok berwarna emas. Warna coklat itu serasi dengan empat jendela yang mengapitnya. Demikian pula prabotan yang melengkapi semua masih asli. Bangku-bangkunya rotan juga lemari masih
sangat terawatt dengan baik.
Sementara itu di bagian dinding terpasang foto-foto tua yang sudah kusam. Ada juga potongan kebaya encim milik Tjioe Nio, istri Oei Am yang dibingkai dengan serapi mungkin.
Roemah Oei juga bisa untuk penginapan. Di belakang rumah itu terdapat bangunan-bangunan dengan banyak kamar untuk disewakan pada siapa saja yang berkunjung di Lasem.
“Tempat yang nyaman untuk menikmati Lasem dan nuansa pecinaan-nya. Disini terdapat kafe yang menawarkan berbagai menu khas Rembang dan museum mini yang berisi pengetahuan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan kebudayaan Tionghoa yang berkembang di Indonesia. Cocok untuk dinikmati bersama teman-teman atau keluarga,” kata Diyah, yang mengunjungi Roemah Oei
Ada juga cerita tentang Roemah Oei kenapa penerusnya bukan anak laki-laki dari Oei Tiong Djioe. “Sejak Oei Tiong Djioe meninggal hingga ayah saya meninggal tahun 2001, tidak ada pembicaraan mengenai rumah ini,” kata Oei Ling Hiem atau Himawan Winata, 53 tahun, Putera Oei Bie Ing.
Menurut Him, waktu itu sekitar 2002-2003, Oei Bie Kiem yang sekarang berusia 88 tahun, anak ke-4 Oei Tiong Djioe, mengambil rumah itu.
Oei Bie Kiem yang menikah dengar marga Oei lainnya, Oei dari Yogyakarta, lalu melimpahkan kepemilikan rumah kepada anak ke-2, Oei Lee Giok atau Grace Widjaja yang kini berusia 60 tahun, generasi ke-7 marga Oei di Lasem.
Menurut Wawan, sapaan akrab Himawan, yang bertanggung jawab mengawasi renovasi, ada 500-an orang keturunan Oei Am yang sekarang sudah sampai sembilan generasi.
Di courtyard (ruang terbuka) tengah antara bangunan utama dan penginapan, akan dibuat panggung permanen yang tiap purnama bakal memanggungkan kesenian tradisi Tionghoa maupun kesenian yang ada di Lasem.
Di courtyard tengah pula sejak dahulu ada sumur besar diameter 2 meter yang diberi nama Soemoer Soember Girang, diambil dari tempat desa berdirinya rumah itu.
Di sederet dengan gerbang sudah berdiri kedai kopi lelet dan kedai makanan Lasem, seperti kela mrica (baca kelo mrico), semur lodeh, mangut iwak pe, dempul urang.
Halaman Roemah Oei yang diteduhi pohon sebagai ruang makannya yang menjadikan rasa makanannya makin sedap dan memang layak dikunjungi.
Hayatun Nufus Kamila- Mg