blank
Ilustrasi. Reka: wied
Aninda Eka Rahayu 
Waktu Sepertiga Malam
Bulan berjalan semakin menengah
Seolah-olah mengajak tangan ini untuk bertadah
Menghadap sang pemberi rahmat anugrah
Membuat hati semakin resah
Aku terbangun di kesunyian dini hari
Mengambil air wudu membasuhi muka ini
Membentangkan sajadah menenangkan jiwa
Kuceritakan semua yang kurasa
Kepada sang mahakuasa
Kudoakan dirinya setiap detik
Hingga air mata jatuh membasahi pipi
Basahi mulut yang menukik
Harapan semakin berisik
Malam semakin hening
Saat engkau berpaling
Hancurkan hati ini berkeping-keping
Setiap nafas yang kuhela bagaikan ritme nada
Aku adalah cerita terbaik dari Tuhanku
Tuhanlah yang mengatur skenario hidupku dan jalanku
Hidupku, Aku, dan Jalanku
Lihatlah setiap detik yang berjalan
Hidupku seperti puisi indah dari Tuhan
Hidupku bagaikan simponi dari penciptaku
Perjalanan hidupku penuh tawa dan air mata
Keringat menjadi saksinya
Tak ada seorang pun yang bisa menulisnya
Peduli Seperti Luka
Setiap kata yang kuucap
Tersimpan rasa yang sangat dalam
Sebab rasa sakit yang tak tertahan
Aku tak berani mengungkapkan
Pedulipun terasa percuma
Selalu kau mengacuhkan, tak menghargai
Aku tidak ingin berharap lebih
Jika kau hanya memberi rasa iba
Sudah terbiasa seperti makanan sehari-hari
Andika Eka Rahayu, mahasiswa UMK yang sedang praktik magang di suarabaru.id