blank
Masjid Menara Kudus. Foto: Widiyartono R

Lailul Huda

Di Bawah Langit Menara

Tetes embun menyapa
Sang mentari perlahan menunjukkan wajahnya
Kicau burung saling bersua
Menyaksikan hiruk pikuk manusia

Tentang dua wajah dalam akulturasi
Islam Hindu menjadi padu
Semburat panorama keberagamaan yang menawan
Menyatu dalam canda tawa kebersamaan

Bersama tidak harus sama
Tuk saling berdampingan laksana saudara
Damai tidak memperdulikan ajaran
Tuk tetap menjaga akidah yang mereka punya

Langit menjadi saksi
Atas toleransi nan abadi
Menara sebagai bukti
Perpaduan budaya yang menjadi jati diri
Kudus, kota suci dimana aku berdiri

Putri Kecilku

Anakku,
Tepat di bulan kesepuluh
Kau terlahir ke dunia
Kau mentari dalam gulita
Hadirmu adalah cahaya keluarga
Tiap senyum manismu
Obat dari segala penat yang ada

Anakku,
Tumbuh besarlah
Pilihlah jalanmu
Jalan terbaik tuk dituju
Gali potensimu
Wujudkan segala impianmu
Di sini kuberdoa
Semoga kehidupanmu kelak
Senantiasa diberkahi Tuhan yang Mahakuasa

 

Bandungan Penuh Kenangan

Apakah engkau ingat kawan
Hari di mana kita berjumpa
Setelah sekian lama tak bersua
Di tengah cuaca terik yang ada
Tak menyurutkan langkah kita untuk bercengkrama
Yahh kita mengingat lagi masa dahulu kala
Saat ke mana pun selalu berdua
Di saat penat akan tugas yang tumpukan
Kau dengan ikhlas tawarkan bantuan
Akupun dengan hati riang menerimanya
Begitupun saat air mata ini mengalir tanpa sengaja
Kau datang tuk kembali cerahkan senyumku

Teringat banyak cerita suka dan duka
Saat bersama kini tak lagi sama
Sekarang kita telah memiliki kehidupan berbeda
Kau dan aku telah saling memiliki keluarga
Apalagi dengan hadirnya malaikat kecil kita
Waktu sudah banyak tersita
Perjumpaan yang singkat ini pun akan sangat berharga
Mengenang masa dahulu kala
Maupun menjalin asa dimasa selanjutnya
Tuk saling bantu wujudkan impian bersama

Lailul Huda Mahasiswa, seorang guru dan juga mahasiswa UMK yang saat ini sedang magang praktik di suarabaru.id