blank
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berbicara dalam silaturahmi umat Kristen di Gereja Holy Stadium. Foto: Dok BPIP

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Yayasan Terang Bagi Sejahtera Bangsa bekerja sama dengan Forum Nasionalisme Kristen (FORNAK) mengadakan Silaturahmi Kebangsaan Bersama Umat Kristen se-Jawa Tengah, di Holy Stadium, Semarang, Jumat (01/09/2023).

Hadir dalam acara tersebut antara lain Ganjar Pranowo, Samuel Wattimena (Staf Khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Antonius Benny Susetyo (Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau BPIP), beserta para peserta yang terdiri dari anak-anak sekolah sampai kepada tokoh-tokoh agama se-Jawa Tengah, dengan jumlah kurang lebih 4.000 orang.

Dalam kesempatan tersebut, Ganjar menyampaikan bahwa anak-anak adalah masa depan yang cerah bagi Indonesia.  “Anak-anak sudah kreatif dan cerdas. Bakat anak muda membuat saya terpana, dan inilah yang membuat saya berpikir Indonesia tidak akan telat atau tertinggal, karena bakat anak-anaknya banyak sehingga mampu menjadikan Indonesia maju,” ujarnya.

Dia pun menyampaikan bahwa keinginan terbesarnya agar pendidikan bisa dijangkau semua orang. “Dan lewat pendidikan, angka kemiskinan bisa diturunkan. Saat anak-anak dapat mengenyam pendidikan, itu membukakan kemampuan untuk menaikkan derajat. Saya harapkan, dari semua di sini, akan datang gubernur Jawa Tengah berikutnya,” serunya.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP menyatakan bahwa persatuan dan kesatuan harus dipupuk di seluruh lapisan masyarakat, dan itulah cerminan Pancasila.

“Pancasila itu gotong royong, itu jati diri bangsa ini, dan gotong royong mampu mengantar negara kita menjadi eksis waktu diterjang covid-19. Amerika sebagai negara maju saja bisa dilihat lebih struggling. Lihat negara kita, kita masih bisa dinyatakan kuat,” kata Benny.

blank
Dr. Benny Susetyo dalam silaturahmi kebangsaan di Gereja Holy Stadium. Foto: Dok BPIP

Dikatakan, kita butuh pemimpin yang Pancasilais. “Apa itu Pancasilais? Mampu mengayomi karena kita majemuk. Tidak dekat dengan intoleransi dan radikal, dan berusaha terus memberikan keadilan,jadilah seperti itu,” ujar Benny.

Pakar komunikasi politik tersebut menyatakan bahwa contoh yang dilakukan pemerintahan saat ini dalam mengamalkan Pancasila adalah pembangunan infrastruktur.

“Ketimpangan, ketidakadilan, itu berusaha diberantas dengan pembangunan infrastruktur. Bapak Jokowi membangun seperti semangat peradaban Bung Karno: memiliki kedaulatan dan kemerdekaan yang sesungguhnya. Kita mau membangun pabrik-pabrik untuk mengolah bahan mentah, contohnya,” ujar doktor komunikasi politik ini.

Benny menyampaikan bahwa untuk menyebarkan pesan pemimpin harus pancasilais, sehingga generasi muda juga terlindungi dengan nilai-nilai Pancasila, harus mampu membangun kesadaran kritis.

“Jangan cepat terkecoh karena pesona di media sosial ataupun uang. Suara hati harus lebih tinggi daripada uang, maka perlu ada pendidikan kekritisan dan pendidikan politik. Gereja-gereja dapat mengadakan pendidikan itu agar masyarakat lebih bijak memilih,” ujarnya.

“Jadilah garam dan terang dunia; anda gerakkan lagi nilai keutamaan, nilai keluarga. Lihat anak-anak kita begitu pandai dan berbakat, jangan sia-siakan. Nilai Pancasila harus selalu diterapkan dalam berbangsa dan bernegara, juga oleh para pemimpinnya,” tutupnya.

wied