WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Masyarakat Dusun Gayam, Desa Pondok, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, menggelar pementasan wayang kulit semalam suntuk. Mengambil Lakon Sri Mulih, untuk ritual Bersih Dusun Sedekah Bumi.
Acara ini, sekaligus menjadi hiburan dalam menyongsong peringatan HUT Ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 2023, dan sebagai upaya nguri-uri (melestarikan) budaya adi luhung. Sebagaimana diketahui, wayang menjadi warisan dunia yang pada Tanggal 7 November 2003 ditetapkan UNESCO sebagai Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Pagelaran wayang kulit Lakon Sri Mulih ini, disajikan oleh Dalang Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Widodo Wilis dari Desa Purwosari, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri.
Ikut hadir memberikan sambutan, Camat Ngadirojo, Andika Krisnayana, didampingi Kapolsek Ngadirojo AKP Wiyono dan yang mewakili Danramil-03 Ngadirojo, Kopka Prihatin. Juga hadir Kepala Desa (Kades) Pondok, Sularno, beserta para perangkat desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat, para Mahasiswa Undip Semarang yang melakukan KKN.
Lakon Sri mulih, merupakan garapan baru yang menggabungkan lakon versi Jawa dengan Mahabarata. Dikisahkan, Kerajaan Amarta dilanda Pagebluk Mayang Kara. Dilanda krisis pangan dan kemunculan wabah penyakit, menjadikan banyak yang kelaparan, sakit dan mati.
Probokusuma
Itu berkaitan dengan pergi (murca)-nya Dewi Sri Sadono beserta lumbung padinya. Dalam situasi kalut, mendadak datang tokoh muda Probokusuma dari kahyangan Untoro Segoro. Putra Janaka dari Dewi Supraba ini, datang untuk mencari pengakuan dari ayahnya.
Dia akan diakui sebagai anak Janaka, manakala dapat mengembalikan Dewi Sri Sadono beserta lumbung padi ke Amarta. Ini sekaligus sebagai upaya menghentikan Pagebluk Mayangkara. Singkat ceritera, Probokusuma berhasil dan situasi Amarta dapat dipulihkan kemakmurannya.
Masyarakat Jawa, merespon pagebluk melalui lakon Sri Mulih, sebagai sarana ritual Bersih Dusun Sedekah Bumi. Ini menjadi manifestasi secara spiritual dalam menyikapi kesulitan hidup.
Lakon Sri Mulih, dijadikan sarana memohon kepada Tuhan Maha Kuasa, agar dibebaskan dari lilitan aura negatif yang menjelma pagebluk tersebut. Harapannya, agar masyarakat senantiasa dapat menjalani kehidupannya dengan aman, tenteram, damai, bahagia serta terjauhkan dari hal-hal yang bersifat negatif.
Bambang Pur