blank
Upacara Adat Tetaken di Pacitan, Jatim, diawali dengan prosesi wisuda siswa Padepokan, setelah selesai menjalani laku spiritual bertapa di Gunung Lima.(Dok.Prokopim Pacitan)

PACITAN (SUARABARU.ID) – Acara wisuda tujuh pemuda murid padepokan, mengawali prosesi upacara adat Tetaken di Gunung Lima, Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jatim.

Ketujuh siswa Padepokan Tunggul Wulung itu mengenakan pakaian serba putih, berjalan kaki turun dari Pertapaan Gunung Lima. Untuk kemudian, menjalani prosesi wisuda yang dilakukan oleh Juru Kunci (Kuncen) Pertapaan Gunung Lima, Pacitan.

Bagian Prokopim Pemkab Pacitan, semalam, mengabarkan, prosesi tersebut merupakan bagian dari upacara adat Tetaken yang digelar oleh warga Desa Mantren, Kecamatan Kebonangung, Kabupaten Pacitan.

Upacara adat yang ditradisikan secara turun temurun ini, digelar setahun sekali bertepatan dengan Tanggal 15 Muharam versi kalender Islam. Untuk tahun ini, berlangsung Hari Rabu (2/8) Tahun 1445 H.

Hari itu bersamaan dengan Purnama (bulan terbit penuh) di Hari Buda Kasih (Rabu Kliwon) Wuku Galungan, Mangsa Karo, Tahun Jimawal 1957 Windu Sancaya.

Tunggul Wulung

Upacara adat Tetaken, tidak lepas dari kisah Ki Tunggul Wulung. Yakni tokoh pengembara yang aktif menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Hingga akhirnya, dia menetap di Puncak Gunung Lima di Kabupaten Pacitan, untuk membuka hutan (babat alas) guna membangun pemukiman.

Upacara adat Tetaken hakikatnya adalah ritual Sedekah Bumi, untuk mengenang jasa Ki Tunggul Wulung. Dalam perkembangannya, upacara adat ini menjadi event wisata budaya yang banyak mengundang hadirnya warga dari luar Desa Mantren untuk datang menyaksikan.

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, yang juga hadir dalam acara tersebut, berharap upacara adat Tetaken ini hendaknya terus dirawat, dijaga dan dilestarikan. Kata Bupati, dalam adat Tetaken ada unsur kegotongroyongan, silaturahmi, sedekah serta berbagai hal positif lainnya.

Sebagai event wisata budaya, upacara adat Tetaken yang digelar dalam suasana religius tersebut, juga memberikan multiplier effect pada perekonomian masyarakat Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jatim.

Tetaken berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Teteki yang maknanya adalah bertapa. Rangkaian ritualnya, diawali proses bertapa di Gunung Lima. Para pertapa, setelah selesai melewati sejumlah tahapannya, kemudian disambut warga dengan menyuguhkan hasil bumi. Upacara adat ini, dimeriahkan dengan tari tradisional Langen Bekso, yang disajikan secara berpasangan.
Bambang Pur