JEPARA(SUARABARU.ID) – Makin banyak pemain baru di pasar batik. Agar dapat eksis di tengah kompetisi, para perajin batik di Jepara dipesan agar mematok harga yang presisi saat memasarkan produknya.
“Jangan sampai nengkik. Mungkin saat itu dibeli, tapi setelahnya, dia tak akan kembali lagi.”
Pesan itu disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jepara Edy Sujatmiko saat menutup pelatihan membatik di Dinas Komperasi, UKM, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Diskop UKM Nakertrans) Kabupaten Jepara pada Jumat (28/7/2023) pagi. Pelatihan diikuti puluhan peserta dari sejumlah desa di Kabupaten Jepara.
Dalam bahasa sehari-hari masyarakat Jepara, kata nengkik atau ngentel digunakan untuk menyebut cara seorang pedagang mengetok harga terlalu tinggi.
“Itu hanya menguntungkan Anda sesaat. Kalau mau konsumen berlangganan, berikan produk yang berkualitas dengan harga presisi. Hitung benar biaya produksi dan modalnya. Lalu ambil keuntungan sewajarnya,” kata Edy Sujatmiko,
Terkait kualitas produk, Edy Sujatmiko menyebut pentingnya menyediakan produk yang sekalian bagus. “Selisihnya, kan, hanya di kain dan bahan penunjangnya. Tapi biaya tenaga kerjanya sama. Jadi hanya dengan sedikit lebih mahal, pembeli mendapat produk berkualitas,” jelasnya.
Dia juga berpesan agar materi pemasaran daring dipratikkan saat memasarkan produk, karena saat ini banyak konsumen beralih ke pasar daring.
Kepala Diskop UKM Nakertrans Samiadji mengatakan, tahun ini pelatihan batik dari dinasnyanya dilakukan dalam beberapa tahap. Setiap tahap 20 peserta yang terbagi dalam 5 kelompok. Selain uang saku harian, peserta mereka mendapat fasilitas alat tulis, makan, tas, kaos hingga sertifikat, dan peralatan praktik.
Peserta asal Desa Bucu, Kecamatan Kembang, Wiwik Listyowati mengaku puas setelah beberapa hari mengikuti pelatihan. Dia berniat mengembangkan usaha batik yang telah dia rintis sejak belajar membatik teknik ecoprint tahun lalu. “Nah di sini dilatih banyak teknik. Mulai dari batik tulis, cap, hingga teknik coret. Jadi nanti akan memperkaya varian produk batik dari yang sebelumnya bisa syaa sediaka,” kata Wiwik bersama rekan sekelompoknya: Martiah, Nur Khasanah, dan Heni Taslimah. Dia juga akan makin rajin mengikuti pameran.
Salah satu pemateri, Alfiyah mengatakan, antusiasme dan keseriusan peserta selama pelatihan sangat membantu cepatnya penguasaan materi.
“Makanya tiap kelompok sudah bisa menghasilkan hingga empat lembar kain bati selama pelatihan. Motifnya macam-macam, sesuai inspirasi yang didapat peserta,” katanya.
Hadepe – bkp