KUDUS (SUARABARU.ID) – Ribuan warga menyerbu kompleks Masjid Menara Kudus untuk antre pembagian nasi jangkrik yang merupakan tradisi khas buka luwur Makam Sunan Kudus, Jumat (28/7).
Mereka rela berdesakan demi mendapatkan nasi bungkus yang diyakini membawa berkah.
Warga yang sudah berkumpul sejak usai shalat Subuh rela berdesak-desakan untuk antre pembagian nasi. Tak jarang aksi saling dorong terjadi mengingat banyaknya warga yang ikut antre.
Antrean mengular di sepanjang jalan depan Masjid Menara. Warga yang harus rela menunggu giliran untuk masuk ke lokasi pembagian nasi yang melewati gang sempit pemukiman di sekitar masjid.
Panitia yang dibantu aparat kepolisian dan TNI harus bekerja keras untuk mengatur antrean warga yang hendak masuk. Tak jarang ketegangan terjadi saat ada warga yang nekat menyerobot antrean.
Rukayah, warga Desa Prambatan, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, tidak pernah ketinggalan untuk antre mendapatkan nasi uyah asem (jawa) atau nasi jangkrik goreng setiap 10 Muharram.
Ia mempercayai, nasi bungkus yang diperoleh dari prosesi buka luwur akan membawa berkah.
“Biar dapat berkah dari Sunan Kudus,”katanya.
Tradisi buka luwur yang diselenggarakan setiap 10 Muharam atau pada Jumat (28/7), merupakan ritual tradisi untuk menandai penggantian kelambu di makam Sunan Kudus.
Tahun ini, pembagian nasi jangkrik kembali dilakukan secara massal setelah dua tahun sempat digelar sederhana akibat pandemi.
Muhammad Kharis, salah seorang panitia mengatakan tahun ini total ada sebanyak 33.167 nasi jangkrik dan 2.365 nasi keranjang yang dibagikan ke masyarakat.
Untuk membuat nasi jangkrik tersebut, dibutuhkan sebanyak 9,1 ton beras yang dimasak beserta 17 ekor kerbau dan 69 ekor kambing yang dipotong sebagai lauk.
Proses pemasakan nasi jangkrik tersebut dilakukan sehari sebelumnya melalui proses memasak kolosal dengan melibatkan puluhan orang tenaga.
“Untuk tahun ini yang habis lebih dahulu nasinya, sementara daun jati sebagai pembungkus nasi masih banyak,”kata Kharis.
Nasi yang habis lebih dulu dibandingkan daun jati, juga menjadi mitos tersendiri bagi masyarakat Kudus. Dengan kondisi tersevut, banyak warga Kudus yang percaya jika bisnis kuliner tahun ini lebih prospek dibandingkan bisnis konveksi atau pakaian.
Di sela-sela pembagian nasi jangkrik, dilakukan pula prosesi pemasangan kembali luwur (kelambu) makam Sunan Kudus. Melalui sebuah upacara khusus dengan dihadiri ulama dan tokoh, luwur baru dipasang sebagai penanda berakhirnya tradisi buka luwur.
Untuk pemasangan luwur baru tersebut, panitia membutuhkan 1.496 meter kain mori dan 110 meter kain vitrage. Kain tersebut sebelumnya dijahit dan dibentuk secara khusus oleh tim yang bekerja beberapa hari sebelumnya.
Sedangkan kain luwur lama yang telah dicopot, dipotong dan kemudian dibagikan ke para undangan yang datang saat prosesi pemasangan luwur baru.
Ali Bustomi