PANGAN akan menjadi kunci mati hidupnya suatu bangsa. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan sebuah bangsa.
Letak Kabupaten Magelang yang berada di dataran rendah sampai tinggi dengan posisi 200 sampai 2.000 meter di atas permukaan air laut (mdpl) menjadikan varian komoditasnya cukup banyak. Hasil pertanian seperti cabai, sayuran, sawi, kubis, juga kentang bisa tumbuh subur. Potensi padi yang selama ini ada tetap dijaga.
“Hasil cabai mencapai 6,06 ton per hektare. Tanaman cabai cukup luas karena sebagai penyangga untuk mencukupi kebutuhan nasional,” tutur Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, Romza Ernawan.
Dia mengutarakan hal itu pada acara Bimbingan Teknis (Bintek) Peningkatan Kapasitas, Jumat (16 Juni 2023). Bintek petani dan pelaku usaha tanaman sayuran itu pesertanya petani dan penyuluh dari beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Magelang.
Selebihnya dikatakan, untuk budidaya cabai dikembangkan terus. Apalagi dalam situasi inflasi ini.
Maka, menurut dia, pembangunan pertanian harus berkelanjutan. Khususnya di sektor pertanian. Perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia yang punya potensi.
“Untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Magelang yang lebih maju dengan memanfaatkan potensi lokal yang berdaya saing dan punya nilai tambah. Juga perlu menjaga kelestarian lingkungan hidup,” imbuhnya.
Di sisi lain, masih menurut Romzi, pembangunan pertanian ke depan tidak semakin mudah. Tantangan akan semakin besar. Itu harus kita hadapi dan disikapi bersama.
Tak hanya itu, peringatan dari WHO tentang adanya ancaman krisis pangan global. Karena efek rumah kaca yang berakibat terjadinya perubahan iklim yang luar biasa. “El Nino ekstrem,” tandasnya.
Tetapi, hasil koordinasi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika Jateng, kata Romzi, bahwa ancaman El Nino khususnya di Kabupaten Magelang adalah El Nino rendah. Maka jangan sampai menyikapi berlebihan, sehingga membuat masyarakat menjadi panik. Tetapi soal itu harus tetap diantisipasi.
“Petani tetap harus berproduksi, tingkatkan produktifitas, manfaatkan sumber daya air kita secara selektif dan optimal. Tabungan air di dam, parit, embung dan sebagainya harus dijaga. Juga memanfaatkan alat mesin untuk memompa air,” imbaunya.
Selain itu, untuk mengantisipasi El Nino, di lahan padi sudah disiapkan kualitas yang tahan kekeringan. “Kita tidak boleh lengah berkaitan ancaman El Nino,” tegasnya.
Dia juga menyinggung bahwa hortikultura di daerah itu memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai sumber pendapatan masyarakat petani dan pelaku usaha lainnya. Baik secara mikro, kecil, menengah, maupun besar. Karena memiliki berbagai keunggulan dengan variasi komunitas yang sangat beragam.
Diingatkan, harga hortikultura di negeri ini cukup tinggi. Hal itu merupakan peluang untuk pengembangan usaha hortikultura. “Kita harus mau merubah pola pikir, perilaku dan budaya untuk menyikapi pelaksanaan pembangunan pertanian,” tuturnya.
Kampung Hortikultura
Sekretaris Dirjen Hortikultura, Muhammad Taufik Ratule, yang hadir dalam acara itu mengatakan, pemerintah mengupayakan pertumbuhan kampung hortikultura di seluruh Indonesia. Ada tanaman kentang, bawang merah, cabai, di samping tanaman buah-buahan seperti jeruk, kelengkeng,
“Diusahakan satu jenis tanaman di satu desa,” katanya.
Terkait pertumbuhan kampung hortikultura itu diharapkan akan menjadi korporasi. Pemerintah akan mendampingi sejak benih, sampai pemberantasan penyakit. Termasuk dipikirkan kebutuhan modalnya, juga pasarnya.
“Syukur bisa ekspor. Karena program Menteri Pertanian juga ke arah itu,” katanya.
Maka, kata dia, juga ada program pembinaan UMKM. Bagaimana mengolah komoditas dan bisa ekspor. Pemerintah juga membantu pemasaran secara modern.
Sisi lain, pemerintah memikirkan pengaruh pola cuaca El Nino. Bagaimana cara memitigasi El Nino yang akan terjadi mulai bulan ini sampai puncaknya. “Kami tidak mau produktifitas usaha hortikultura terganggu dengan adanya El Nino,” tandasnya.
Dipaparkan, saat ini di Tanah Air sudah ada sekitar 6.000 hektare hortikultura dan UMKM-nya sudah sekitar 400. Itu akan dikembangkan terus sambil dievaluasi. Ada harapan hortikultura yang berdaya saing bisa dikembangkan.
Dipaparkan juga, dengan adanya fenomena global, beberapa negara sudah krisis pangan. Terutama akibat terjadinya perang, perubahan iklim, berdampak pada produksi pangan.
Dalam tiga tahun terakhir ini hujan terus dan terjadi badai La Nina. Akibatnya buah-buahan susah. “Tahun ini diprediksi iklim kering mulai Juni sampai Desember. Agustus akan mencapai puncak,” jelasnya.
Dia harapkan petani tidak terganggu. Semoga meski dengan kurang air tetap berproduksi. Walau diprediksi produksinya menurun 30 persen, akibat El Nino.
Menurut catatan dia, selama tiga tahun belakangan ini pertanian kita positif, walau sektor lain minus. Produksi pertanian meningkat 34 juta ton. Dasarnya program yang telah dibangun di pertanian. “Program kita ketahanan ekonomi,” tuturnya.
Eko Priyono