blank
Penyandang disabilitas dilatih membatik di Balai Latihan Kerja (B:LK) Disnaker Kota Magelang. (Dok Disnaker Kota Magelang)


MAGELANG (SUARABARU.ID) –
Selama dua pekan, sebanyak 30 penyandang disabilitas di Kota Magelang mengikuti pelatihan membatik di Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) setempat.
Kepala Disnaker Kota Magelang Wawan Setiadi, selama dua pekan itu mereka belajar mengenai pola batik, membatik dan memberi warna batik tersebut.

‘’Program ini sesuai dengan visi inklusif dalam pembangunan nasional, dan juga pembangunan daerah penyandang disabilitas harus diberi ruang untuk merasakan pembangunan ini,’’ ujarnya kemarin.

Menurutnya, penyandang disabilitas ini menunjukkan progres luar biasa, dan beberapa orang bahkan hasil karya batiknya tidak kalah dengan masyarakat normal. Program ini, lanjut Wawan, tidak berhenti dalam pelatihan ini saja, tetapi mendatang akan dibuat inkubasi bisnis batik untuk disabilitas hingga dibuatkan workshop dan gerai pamer khusus untuk mereka.

‘’Ini masih proses awal, dan kami melihat potensi luar biasa dari diri mereka. Sehingga kami harus mendorong dan mengoptimasi passion penyandang disabilitas untuk menghasilkan mahakarya, dan secara ekonomi bisa mandiri,’’ katanya.

Dalam pelatihan membatik untuk penyandang disabilitas ini, Disnaker Kota Magelang menggandeng Sanggar Batik Ringin Anom dan pekerja sosial pendamping disabilitas dari Komunitas Disabilitas Kota Magelang.
Bu Prio pendamping disabilitas mengatakan, penyandang disabilitas dilibatkan semua dalam kegiatan ini. Ada beberapa orang yang memang memiliki passion menggambar pola, ada juga sebagian yang pandai melukis, sehingga bisa membatik dengan bagus.

‘’Ada yang jago membuat gambar pola, ada juga yang jago membatik, jadi kami kolaborasikan menjadi tim,’’ terang Bu Prio.

Dia mengemukkan, program pendampingan disabilitas dari Disnaker Kota Magelang ini sangat baik untuk produktivitas mereka. Misalnya, bagi penyandang tuna rungu dalam karya mereka bisa lebih fokus dalam menggambar,sehingga hasilnya juga bagus.

Bahkan ada salah satu peserta dengan gangguan mental yang gambar batik abstrak tanpa pola justru menghasilkan karya yang luar bisa.

Pihaknya menyambut baik dengan program ini, apalagi setelah pelatihan nanti akan ada pendampingan lanjutan hingga nanti bisa memiliki workshop dan gerai khusus untuk memasarkan batik dari teman-teman disabilitas.

Doddy Ardjono