gerebeg ketupat
Masyarakat Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang antusias memperebutkan gunungan ketupat yang didalamnya berisi uang mulai Rp1000 hingga Rp100.000. Acara tersebut untuk memeriahkan Hari Raya Idulfitri, tepatnya memasuki hari kelima Lebaran. Foto: W. Cahyono

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)-Ada tradisi unik yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang dalam rangka memeriahkan Hari  Raya Idulfitri, tepatnya memasuki hari kelimalebaran. Yakni tradisi gerebeg ketupat, seperti yang dilaksanakan pada Rabu( 26/4/2023).
Namun, ribuan ketupat yang disusun menjadi sebuah gunungan tersebut bukan ketupat yang berisi beras lalu dimasak, melainkan selonsong ketupat yang  terbuat dari  daun janur ( daun muda buah kelapa) yang berisikan uang. Sedangkan uang yang dimasukkan ke dalam selongsong ketupat tersebut sangat bervariasi nominalnya, yakni mulai dari uang pecahan Rp 1.000 hingga senilai Rp100.000.                                                  Prosesi gerebeg  ketupat tersebut diawali dengan  penjemputan
gunungan ketupat yang diletakkan di serambi Masjid Darussalam kampung setempat yang dilakukan oleh perangkat pemerintahan setempat, yakni Kepala Dusun Dawung dan seluruh Ketua Rukun Tetangga yang ada dusunitu. Turut mengawal gunungan tersebut, sejumlah pemain kesenian tradisional yang berkembang di Dusun Dawung dan juga meramaikan acara puncak lebaran tersebut.
Sesampainya di seebuah tanah lapang, dalam hitungan kurang dari lima menit, sebanyak 1.800 buah ketupat yang ada di gunungan tersebut, langsung ludes diperebutkan masyarakat yang menyaksikan tradisi tersebut.                                     Tradisi gerebeg ketupat di Dusun Dawung tersebut sudah berjalan sejak 13 tahun lalu dan sejak terhenti selama tiga tahun, karena adanya pandemic covid-19.                                               Pada awalnya, gerebeg ketupat ini khusus untuk anak-anak  dan untuk menarik perhatian , ketupat tersebut diisi dengan uang,”kata salah satu tokok masyarakat setempat Tri Setyo “ Gepeng” Nugroho.
Tri Setyo atau yang akrab dipanggil Gepeng Nugroho ini menjelaskan,masyarakat setempat memang memilih ketupat kosong yang diperebutkan, agar tidak mubazir bila  terinjak-injak. Kemudian,  sebagai pengganti beras yang kemudian dimasak untuk isi ketupat tersebut diganti dengan uang.

Berisi Uang

Menurutnya, tradisi gerebeg ketupat ini dilakukan sebagai salah satu ajang silaturahmi antarwarga sekaligus memeriahkan Hari Raya Lebaran.
“ Kegiatan ini juga sebagai wujud syukur atas kebahagian yang diraih setelah selama satu bulan penuh menjalankan puasa. Selain itu, juga sebagai wujud syukur warga untuk dapat memberikan sedikit uangnya kepada masyarakat banyak yang menyaksikan acara tersebut ,”ujarnya.
Ia menambahkan, ketupat yang berisi uang tersebut dibuat secara sukarela oleh masyarakat setempat dan tidak  ditentukan jumlah ketupat yang dibuat dan juga tidak ditentukan pula nominal uang yang akan dibagikan dan dimasukkan ke dalam selongsong ketupat tersebut.                                               Acara tersebut tidak berhenti di situ saja, melainkan hingga larut
malam. Pada malam harinya, berbagai kesenian tradisional, seperti kuda lumping, topeng ireng,dan lainnya dipentaskan untuk memeriahkan acara tersebut. W. Cahyono