blank
Ibu-ibu pun dengan santai mendaki Gunung Tidar. Di jalan setapak yang berupa tangga mereka berhenti berfoto. Foto: Widiyartono R

Meski demikian, Gunung Tidar bukanlah kawasan tertutup. Gunung Tidar yang semula berstatus hutan kota sejak tahun 2021 ditetapkan sebagai Kebun Raya. Dan, siapa pun boleh mengunjungi dan mendakinya sampai puncak.

Pendaki juga tidak perlu bersusah payak seperti mendaki gunung pada umumnya. Ya, karena kini sudah tersedia tangga dari bawah sampai ke puncak, yang kalua dihitung anak tangganya berjumlah 1.002. Sehingga tak mengherankan bila banyak para adiyuswa atau orang lanjut usia banyak yang mendaki sampai puncak.

Jadi, berwisata murah itu bisa dilakukan dengan naik Gunung Tidar. Sambil berolahraga jalan meniti tangga beton, menikmati kesejukan udara dengan hutan pinus yang menghijau, dan kawanan kera ekor Panjang atau Macaca fascicularis yang menemani kita di perjalanan.

Disebut wisata murah, karena untuk masuk Kawasan Kebun Raya Gunung Tidar hanya ditarik ongkos Rp 5.000 per orang. Lalu ngapain ke Gunung Tidar? Ya, setidaknya kitab isa berolahraga sambal menikmati kesejukan udara, dan mengenali aneka tanaman yang ada di sana. Tetapi, yang berniat ziarah juga bisa. Karena, di tempat ini ada makam yang banyak dikunjungi peziarah.

Di tengah perjalanan menapaki tangga pendakian, wisatawan bisa menemukan makam Syekh Subakir. Dalam mitos diceritakan, Syekh Subakir adalah penakluk Gunung Tidar, dengan mengalahkan para jin penunggu Gunung Tidar tersebut.

blank
Para peziarah sedang berada di makam Kiai Semar, puncak Gunung Tidar

Menurut legenda (hikayat) Gunung Tidar, Syekh Subakir berasal dari negeri Turki yang datang ke Gunung Tidar bersama kawannya yang bernama Syekh Jangkung untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Tidak jauh dari Makam Syekh Subakir, kita akan berjumpa dengan sebuah makam yang panjangnya mencapai 7 meter. Itulah Makam Kyai Sepanjang. Kyai Sepanjang bukanlah sesosok alim ulama, tetapi adalah nama tombak yang dibawa dan dipergunakan oleh Syekh Subakir mengalahkan jin penunggu Gunung Tidar kala itu.

Situs makam terakhir yang kita jumpai sewaktu mendaki Gunung Tidar adalah makam Kiai Semar. Namun menurut beberapa versi ini bukanlah makam kiai Semar yang ada dalam pewayangan.

Tetapi Kiai Semar, jin penunggu Gunung Tidar waktu itu. Meski banyak yang memercayai, bahwa Semar di sini adalah Semar atau Ismoyojati dalam pewayangan itu.

Suasananya yang tenang dengan pepohonan dan aneka ragam hayati bisa menenangkan pikiran. Adapun untuk wisata kesehatan, menurutnya Gunung Tidar yang puncaknya berada di ketinggian 503 meter di atas permukaan laut bisa menjadi arena hiking dengan track yang ringan karena tersedia tangga. Kecuali memang yang ingin lewat jalur lain, seperti yang dilakukan oleh para taruna ketika berlatih di Gunung Tidar.

Sembari menapakkan kaki menaiki anak-anak tangga, di kiri-kanan bis akita temui kera ekor Panjang yang memang menjadi penghuni gunung tersebut. Kemudian aneka pepohonan juga bisa ditemui, seperti pinus (Pinus merkusii), mahoni (Swietenia spp.), khaya (Khaya senegalensis), damar (Agathis dammara), dan lainnya.

Sup Senerek

Asyik memang naik Gunung Tidar pada pagi hari. Kota Magelang yang relatif sejuk, menjadi tubuh bisa merasa kedinginan. Nah, dengan naik Gunung Tidar kitab isa berkeringat dan hangat.