blank
Pedagang pemasok bunga dari Boyolali dan Bandungan, tengah melakukan pasokan ke Pasar Wonogiri Kota. Harga per kancut (4 Kg) Rp 1 juta. Di bakul pasar, diecerkan 1 Kg Rp 300 ribu.(SB/Bambang Pur)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Tradisi tilik kubur yang dilakukan pada Bulan Ruwah, telah memicu harga bunga mawar melambung tinggi. Di Pasar Kota Wonogiri, harganya Rp 300 ribu/Kg. Harga ini terhitung berlipat 3-4 kali lipat dari harga sebelumnya.

Dari tangan pemasok bunga asal Boyolali, satu kancut (4 Kg) harganya Rp 1 juta. Agus, salah seorang pemasok, mengatakan, juga membeli bunga dari petani di lereng Merapi sisi selatan. ”Bunga dari Bandungan (Kabupaten Semarang) tidak mencukupi kebutuhan pasar,” ujar Agus.

Budayawan Jawa peraih Anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM, menyatakan, sudah selazimnya harga bunga naik atau ganti harga, ketika datang Bulan Ruwah. Ini berkaitan dengan keyakinan masyarakat Jawa, yang memaknai Ruwah sebagai Bulan Meruhi Arwah.

Pranoto yang menjadi Abdi Dalem Keraton Surakarta, menyatakan, Bulan Ruwah menjadi waktu yang dianggap baik untuk nyekar, ziarah kubur mendoakan roh arwah para leluhur. Bulan Ruwah Tahun Ehe 1956 (Jawa) atau Bulan Sya’ban Tahun 1444 H, berawal sejak Selasa Pon (21 Februari 2023) dan akan berkahir Selasa Tanggal 21 Maret 2023 mendatang.

Harga bunga yang melambung tinggi ini, diprediksi akan terus berlangsung lama. Indro, salah seorang warga keturunan Tionghoa, menyatakan, ini berkait dengan akan datangnya Cheng Beng atau Cembengan. Yakni tradisi masyarakat Tionghoa beramai-ramai melakukan ritual tilik kubur atau ziarah ke makam para leluhur.

Wartawan Bambang Pur yang pernah dua kali melakukan tugas jurnalistik ke China, pada Tahun 1990 dan 2007, mendapatkan pemahaman bahwa Qingming atau Cheng Beng dalam dialek Hokkian, merupakan salah satu perayaan paling penting bagi masyarakat Tionghoa.

Mulia Bahagia

Di mana pada hari Cheng Beng yang juga populer disebut sebagai Cembengan tersebut, masyarakat Tionghoa beramai-ramai melakukan ziarah ke makam. Ini dilakukan untuk untuk mengenang, mengingat dan menghormati jasa para leluhur.

Ada kepercayaan, hidup kita sekarang ini, akan menemukan kemuliaan atau kebahagiaan, manakala para roh arwah leluhur juga mulia dan bahagia di alamnya. Untuk memuliakan dan membahagiakan leluhur, dilakukan berdoa melalui tradisi Cembengan atau ritual tilik kubur.

Kalender Imlek, Tahun Kelinci Air 2574 (Tahun 2023 Masehi), sama dengan Huangdi Era (HE) 4720 Penanggalan Taoisme berdasarkan tahun pemerintahan ke-1 Kaisar Kuning.

Kecuali merayakan Imlek (22 Januari 2023), masyarakat Tionghoa juga merayakan beberapa hari raya penting lainnya, di antaranya seperti Hari Yuan Xiao atau Cap Go Meh (5 Februari 2023), Hari Ceng Beng (Ziarah Kubur), Hari Duan Wu (Bakcang & Festival Dragon Boat).

Hari penting lainnya adalah Hari Qixi (Chinese Valentine), Hari Zhong Yuan (Sembahyang Rebutan), Hari Zhong Qiu (Kue Pia Bulan; Festival Musim Semi), Hari Chong Yang (9 bulan 9 Imlek) dan Hari Dong Zhi (Festival Ronde).

Bambang Pur