Oleh: Wiwin Patma Dewi
Dewasa ini istilah Merdeka Belajar ataupun Kurikulum Merdeka bukan hal yang asing lagi. Kurikulum yang memberikan keleluasaan bagi guru untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan para siswa. Guru melakukan pembelajaran sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal sehingga menjadi pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
Kurikulum yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada bulan Februari 2022 ini memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik dari kurikulum Merdeka adalah pengembangan soft skill dan karakter, fokus pada materi esensial(numerasi dan literasi), pembelajaran yang fleksibel, projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Salah satu keunggulan dari Kurikulum Merdeka adalah relevan dan interaktif. Pembelajaran menekankan pada kegiatan projek yang dapat memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk lebih aktif mengeksplore isu actual seperti pendidikan, kesehatan dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan dimensi Profil Pelajar Pancasila.
Adapun profil pelajar Pancasila memiliki enam dimensi yaitu: 1)beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebhinekaan global, 5) bernalar kritis, 6) kreatif. Dari profil pelajar Pancasila tersebut diharapkan akan menumbuhkan karakter yang mengandung enam dimensi tersebut.
Karakter
Secara etimologi, istilah karakter berasal dari Bahasa Latin “ character” yang memiliki arti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian serta akhlak yang membedakan seseorang dengan yang lainnya (kbbi.web.id). dari pengertian tersebut dapat ditarik pengertian karakter adalah sekumpulan dari kepribadian, watak serta sifat yang dimiliki oleh seseorang yang mengarah pada kebiasaan maupun keyakinan individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter terbentuk dalam diri seseorang melalui proses pembelajaran sepanjang hidupnya. Dengan kata lain karakter bukanlah bawaan sejak lahir, akan tetapi terbentuk karena suatu proses pembelajaran dari lingkungan keluarga dan orang-orang sekitarnya. Proses pembentukan karakter akan dimulai dari lingkungannya, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pihak-pihak yang memiliki andil dalam pembentukan karakter seseorang yaitu di antaranya adalah orang tua, saudara, teman sebaya, guru dan orang lain yang berada di sekitarnya. Keluarga sebagai lingkungan pertama yang diterima oleh seseorang sangat memegang peranan penting dalam pembentukkan karakter anak, meski tidak mengesampingkan pihak-pihak lain yang mempengaruhinya.
Bukan bawaan sejak lahir
Seperti yang dituliskan di atas, bahwa karakter bukan bawaan dari lahir namun merupakan proses pembelajaran sepanjang hayat, oleh karena itu sangatlah penting untuk menanamkan karakter kepada anak sedini mungkin. Sebab pembiasaan karakter bukan hanya untuk mengentaskan permasalahan moralitas saja tetapi juga bisa berdampak pada prestasi siswa.
Karena sejatinya pendidikan karakter juga bertujuan untuk membentuk kedisiplinan, ketekunan, tanggung jawab, kreativitas. Kedisiplinan akan membentuk siswa untuk tetap mengikuti rutinitas kegiatan di sekolah. Ketekunan akan mengarahkan siswa fokus pada pembelajaran-pembelajaran yan ada di sekolah.
Dalam pembentukan karakter melalui pendidikan di sekolah tentu saja tidak berjalan dengan mulus. Banyak hambatan-hambatan yang menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Baik tantangan yang bersifat eksternal maupun internal. Sebagai contoh hambatan tersebut adalah pendidikan masyarakat dalam keluarga masih rendah. Sehingga memerlukan kesabaran untuk memberikan pemahaman kepada orang tua untuk menjalani perannya dan posisi orang tua dalam pembentukkan karakter anak.
Sebagai sekolah pertama bagi anak, keluarga memiliki posisi sentral dalam pembentukan karakternya. Selain itu hambatan yang lain adalah perubahan lingkungan sosial secara global yang mengubah tata nilai, norma suatu bangsa lebih terbuka, pengaruh teknologi informasi dan komunikasi yang mengubah tatanan sosial masyarakat, dan lain sebagainya.
Menilik dari tiga fungsi karakter yaitu mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berfikir baik, dan berperilaku baik, memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia, maka pendidikan karakter perlu diimplementasikan di sekolah-sekolah.
Peran guru
Lantas bagaimanakah cara penanaman karakter pada siswa? Yaitu dengan memberi teladan, memberi apresiasi, menyisipkan pesan moral dalam setiap pembelajaran, jujur dan pikiran terbuka, mengajarkan sopan santun, menanamkan jiwa kepemimpinan, menceritakan pengalaman inspirasi, melalui kegiatan literasi.
Predikat guru melekat pada guru tidak hanya berada di sekolah. Di manapun guru berada akan selalu menjadi perhatian segala tindak tanduknya. Oleh karena itu guru harus memberikan contoh yang baik kepada siswa. Layaknya pepatah guru kencing berdiri murid kencing berlari, maka segala tingkah laku guru akan ditiru oleh siswa.
Guru dapat menerapkan pemberian apresiasi pada siswa. Ucapan selamat dan terima kasih diberikan pada setiap kemajuan yang siswa buat, meskipun sekecil apapun. Semisal siswa datang tepat waktu, membantu temannya, berani jujur. Hal ini akan membuat siswa semakin semangat karena merasa diakui dan dihargai.
Ajarkan siswa untuk selalu mengambil hikmah dari setiap pelajaran yang dipelajari. Dengan demikian siswa akan mengetahui bahwa ilmu yang dipelajarinya merupakan hal penting untuk masa depannya. Semisal saat pembelajaran matematika guru bisa menyisipkan karakter bersabar, kerja keras, jujur, dan pantang menyerah dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Dengan demikian siswa akan terlatih untuk hidup optimis dan berusaha menyelesaikan masalah yang ada.
Guru memberikan penanaman kepada siswa bahwa setiap manusia tentunya pernah luput dan salah juga dengan guru. Jika siswa melakukan kesalahan jangan malu untuk mengakuinya dan meminta maaf. Demikian juga dengan guru. Jika guru melakukan kesalahan gurupun harus dengan legawa mengakui kesalahan dan meminta maaf. Terbuka menerima kritik, berani berkata jujur adalah contoh perilaku yang harus siswa teladani.
Sekolah menerapkan 5S yaitu salam, senyum, sapa, sopan, dan santun. Mengajari sopan santun tidak harus melulu dengan tulisan tetapi dengan keteladanan. Pembiasaan memberi salam ketika bertemu dengan guru, berjabat tangan ketika datang dan pulang sekolah, memanggil temannya dengan sopan, tidak melakukan perundungan terhadap teman, dari hal-hal yang kecil seperti inilah kita biasakan terhadap siswa.
Kepemimpinan adalah salah satu karakter yang harus dibangun pada siswa. Guru bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk memimpin semisal doa secara bergantian. Guru juga bisa melakukan pembelajaran secara kelompok, yang mana setiap kelompok memiliki anggota dan pemimpin. Ketika siswa menjadi anggota siswa sudah dapat berkontribusi menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri.
Di sela-sela pembelajaran guru dapat menceritakan pengalaman inspiratif baik pengalaman sendiri maupun tokoh-tokoh yang ada seperti R.A. Kartini. Cerita inspiratif tidak hanya tentang keberhasilan namun juga kegagalan seseorang, bagaimana seorang R.A Kartini bangkit dari keterpurukan.
Literasi tidak melulu tentang kemampuan membaca dan menulis saja tetapi juga kemampuan mengolah dan memahami informasi. Dalam kegiatan literasi ini siswa dapat diberikan bacaan tentang tokoh-tokoh lokal yang dapat menginspirasi siswa. Kemudian siswa diminta untuk menyajikan tokoh yang ada dapat melalui bercerita secara lisan, menulis, menggambar ataupun bisa dengan berpuisi.
Nah..Bapak Ibu mengingat pentingnya karakter bagi siswa, marilah kita tanamkan karakter kepada siswa melalui pembiasaan-pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai akhir akhir dari tulisan ini akan saya kutipkan pendapat Presiden Amerika Serikat yang ke-26 yang berkaitan dengan karakter, “Karakter, dalam jangka panjang, adalah faktor penentu dalam kehidupan individu dan bangsa”( Theodore Roosevelt)
Semoga bermanfaat
Penulis adalah Kepala SDN 1 Gidangelo, Satkordikcam Welahan, Disdikpora Kab. Jepara