blank

Oleh Nunung Yunita Amalya, S.Pd

Sebagian orang berpikir bahwa menjadi seorang guru merupakan pilihan hidup. Pilihan hidup ini tentunya didasarkan pada panggilan jiwa. Jiwa-jiwa terpanggil untuk mengajar generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa yang mulia.

Ada istilah yang menyebutkan bahwa guru merupakan kepanjangan dari digugu lan ditiru. Kata tersebut berasal dari bahasa Jawa yang artinya dapat dipercaya dan dapat menjadi teladan. Maksudnya dipercaya tutur katanya dan dapat diteladani sikap perbuatannya. Nyatanya seluruh sikap dan perbuatan guru menjadi perhatian peserta didik. Misalnya saja cara berpakaian, berhijab, atau model rambut (bagi Bapak Guru) tidak luput menjadi pusat perhatian peserta didik.

Dengan begitu peserta didik akan berpikir bahwa gurulah yang menjadi panutannya. Maka dari itu guru harus senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan supaya peserta didik dapat meneladaninya dengan baik.

Menjadi seorang guru tugasnya tidak hanya memberi “contoh” dan mendidik saja. Namun, masih banyak hal lagi yang perlu guru gali. Salah satunya pada saat memberikan materi pembelajaran. Disaat itulah guru dituntut kreatif supaya dalam menyampaikan materi kepada peserta didik tidak monoton.  Apabila guru menyampaikan materinya terlalu monoton maka dikhawatirkan peserta didik tidak dapat menerima dan merespon materi yang guru sampaikan.

Kreatif dalam KBBI memiliki arti daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan. Sedangkan menurut Sudarsono, kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan, kemampuan mencapai pemecahan atau jalan keluar yang sama sekali baru, asli dan imajinatif terhadap masalah yang bersifat pemahaman, filosofi, estetis ataupun lainnya. Lain lagi yang disampaikan Munandar bahwa kreativitas adalah kemampuan mengombinasikan, memecah masalah, dan cerminan dari kemampuan operasional anak kreatif.

Dalam faktanya di lapangan ketika pembelajaran berlangsung banyak guru yang belum menggunakan media, metode, model atau strategi pembelajaran yang efektif. Hal itu terlihat banyak sekali peserta didik yang tidak tertarik bahkan tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu guru harus lebih kreatif dan lebih aktif mencari cara agar peserta didik dapat dengan mudah menerima dan menikmati pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Guru tidak lagi diperbolehkan menggunakan metode ceramah karena metode ceramah ini dianggap tidak memihak peserta didik. Maksudnya peserta didik tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran, melainkan yang aktif hanya gurunya saja. Upaya guru untuk mengaktifkan peserta didik di dalam pembelajaran menggunakan beberapa strategi seperti penggunaan  model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL).

Problem Based Learning (PBL)  dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana Peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik di dorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan berfikir kritis.

Karakteristik pembelajarannya yaitu; 1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran, 2) biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured), 3) masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple-perspective), 4) masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru, 5) sangat mengutamakan belajar mandiri, 6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja, dan, 7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Sedangkan sintak pembelajarannya yaitu; 1) Orientasi peserta didik pada masalah, 2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, 3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah, dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain. Karakteristik pembelajarannya meliputi; 1) Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan produk, 2) Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan 3)Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat, 4) Melatih kemampuan berpikir kreatif, dan 5) Situasi kelas sangat toleran dengan kekurangan dan perkembangan gagasan.

Dari dua model pembelajaran tersebut diatas guru dapat mengkombinasikannya dengan media pembelajaran. Media yang digunakan guru dalam pembelajaran hendaknya yang mudah, menarik dan dapat dinalar oleh peserta didik. Media tersebut seperti memberdayakan fasilitas yang ada di sekolah, seperti; taman sekolah, masjid, kantin, laboratorium bahasa, laboratorium fisika dan biologi, perpustakaan serta penggunaan media elektronik sebagai wahana untuk pembelajaran peserta didik.

Seperti saya sebagai guru Bahasa Indonesia yang menggunakan taman sekolah untuk media pembelajaran menulis puisi. Hal ini terasa berbeda ketika saya menggunakan media lingkungan sekolah dalam pembelajaran dengan sebelumnya dalam pembelajaran saya hanya menggunakan metode ceramah. Hal ini nampak perubahannya pada diri peserta didik dalam menulis puisi. Pada pembelajaran sebelumnya, peserta didik hanya berangan-angan, namun sekarang dapat langsung terjun melihat objeknya. Peserta didik bisa lebih mengeksplore dunia luar dan lebih bisa berimajinasi.

DAFTAR PUSTAKA

https://kbbi.web.id/kreatif

https://hot.liputan6.com/read/4642513/10-pengertian-kreativitas-menurut-para-ahli-dan-cara-melatihnya

https://bertema.com/sintaks-model-problem-based-learning-pbl-dalam-pembelajaran

https://www.amongguru.com/sintak-model-pembelajaran-project-based-learning-dan-penerapannya/

Penulis adalah guru Bahasa Indonesia di SMPN 1 Mayong