blank
Saat terjadi banjir, personel Polsek Pracimantoro Polres Wonogiri, memasang rambu water barier untuk pengalihan arus lalu lintas.(Dok.Humas Polres Wonogiri)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Agar bencana banjir di wilayah yang tak punya aliran sungai tidak terulang, perlu dilakukan gerakan massal membuka mulut luweng (perut bumi). Tindakan ini, harus disertai upaya merawat agar lubang luweng senantiasa menganga.

Tujuannya, agar tidak terjadi banjir lagi. Luapan air dari hujan deras yang turun berkepanjangan, dapat lancar masuk ke perut bumi lewat mulut luweng yang menjadi drainase alam. Sehingga tidak meluap ke mana-mana dan menjadi pemicu terjadinya bencana banjir.

Sekda Wonogiri, Haryono, minta gerakan membuka mulut luweng dapat diprakarsai oleh para camat bersama pamong desa. ”Karena sebagai pihak yang mengetahui situasi, kondisi dan letak mulut luweng itu berada,” tegasnya.

Dalam upaya membuka mulut luweng yang tersumbat sampah dan endapan lumpur, Camat dapat berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Termasuk bila harus memerlukan bantuan alat berat.

Sebagaimana diberitakan, Ibukota Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, kemarin, dilanda banjir karena mulut luwengnya tersumbat sampah bercampur endapan lumpur. Banjir menggenangi pula jalan antarprovinsi Pracimantoro Wonogiri (Jateng)-Gunungkidul (DI Yogyakarta) sepanjang 75 Meter (M) dengan kedalaman 1-1,5 M.

Bersama Relawan

Camat Pracimantoro, Warsito, bersama Kapolsek AKP Ujang Joko Widianto dan jajaran Koramil, mengambil langkah mengalihkan arus lalu lintas ke ruas jalan yang aman dari banjir. Bersama pamong desa dan Relawan Prabu, dilakukan upaya membuka mulut luweng yang tersumbat, agar genangan banjir cepat surut.

blank
Upaya membuka dan memperbaiki mulut luweng, dilakukan di Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Yakni dengan memasang sumuran buis beton berlubang horisontal dan bertikal.(Dok.Camat Paranggupito)

Banjir tanpa aliran sungai ini, sebelumnya terjadi di Kecamatan Paranggupito dan Kecamatan Eromoko. Kondisi geografis Wonogiri selatan berbukit-bukit, tidak memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) permukaan. Ini menjadi rawan terjadi bencana banjir saat turun hujan deras berkepanjangan, manakala mulut luweng tersumbat. Sebab, satu-satunya jalan air hanya melalui mulut luweng.

Upaya untuk membuka mulut luweng yang tersumbat telah dilakukan di Kecamatan Paranggupito. Wilayah yang tempo hari dilanda banjir karena curah hujan yang tinggi. Banjir terjadi di 5 desa, menggenangi badan jalan, pekarangan dan 76 rumah warga.

Camat Paranggupito, Catur Susilo Prono, mengatakan, upaya membuka mulut luweng dilakukan oleh pihak desa. Dibiayai dengan Dana Desa. Pada mulut luweng dipasang sumuran dari buis beton yang terbuka secara vertikal maupun horisontal.

Warga Paranggupito, mengingatkan, saat membuka mulut luweng harus dilakukan berhati-hati. Sebab, dua warga nyaris tersedot genangan air ke dalam perut bumi, bersamaan dengan terbukanya mulut luweng.

Bambang Pur