JEPARA (SUARABARU.ID)- Edisi ketujuh Suluk Mantingan yang rutin digelar oleh PC Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Kabupaten Jepara tiap selapanan sekali ini mengangkat tema “Budaya Santri Pesisiran”.
Diskusi yang dipandu oleh Den Hasan di paseban Masjid Mantingan, Minggu (16/10/2022) ini sekaligus untuk menyemarakan Hari Santri Nasional (HSN) 2022.
Menghadirkan Rumail Abbas, seorang Gusdurian Jepara, programmer dan pegiat media sosial, Suluk Mantingan juga dihadiri anggota Lesbumi dan pengurus Masjid Mantingan.
Rumail Abbas mengatakan mindset akan makna dan peran santri di era sekarang idealnya harus berubah. Santri tak lagi harus bersarung dan tinggal di pondok dan hanya belajar mengaji saja. Akan tetapi, santri kekinian dituntut untuk mengikuti kemajuan di era digital.
Ia memberikan sejumlah contoh jika banyak santri dari daerah pesisir yang sudah mampu bersaing di era global. Di antaranya adalah Ainun Najib yang merupakan co-founder Traveloka. Lalu ada juga Gus Taj Yasin Maemoen yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah.
“Ada banyak lagi tokoh santri asal pesisir yang sudah sukses beradaptasi dengan tantangan zaman,” terangnya.
Rumail Abbas juga mencontohkan dirinya sendiri. Aktivis Gusdurian yang lama nyantri di Kudus dan Sarang Rembang ini juga belajar ilmu pemrograman. Tujuannya agar bisa menjadi santri yang unggul di bidang teknologi dan tanggap dengan kemajuan IT. Skill itu juga dimaksimalkan Rumail Abbas untuk berdakwah lewat dunia sosial media.
“Inilah yang harus menjadi identitas santri sekarang, santri era 4.0”, tutur Kang Rumail, sapaan akrabnya.
Menurutnya, santri zaman sekarang terutama di daerah pesisir dihadapkan dengan perang intelektual dan artificial intelligence. Sehingga jika santri hanya berkutat dengan ilmu fiqh saja, maka lambat laun akan ketinggalan zaman. Apalagi Islam di Indonesia bercorak sufistik sehingga lebih lentur untuk mengikuti perkembangan zaman.
ua