blank
Halaqah Masalikil Huda bersama Gus Ghofur Maemoen.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Masalikil Huda menggelar halaqoh dengan para kiai, santri, guru, dosen, hingga alumni lintas angkatan, Sabtu (8/10/2022). Bertempat di halaman sekolahan, halaqoh yang bertemakan “Penguatan nilai-nilai Pesantren dalam proses belajar” ini dihadiri para pembicara seperti, Dr. KH Abdul Ghofur Maemoen, MA, Dr. KH. S’dullah Assa’idi, M.Ag Rektor Unisnu Jepara, dan Dr. Fathul Mufid M.SI.

Kegiatan halaqah yang digelar dalam rangka Haul KH. Abu Syuja’ (pendiri Masalikil Huda) dan Harlah Masalikil Huda ke-91 juga dihadiri oleh Ketua DPRD Kabupaten Jepara Haizul Ma’arif, Ketua YPI Masalikil Huda, Ketua Dewan Pembina Masalikil Huda, Ketua Dewan Pengawas Masalikil Huda, Petinggi Desa Tahunan sekaligus Ketua Panitia, dewan Guru Masalikil Huda tokoh agama tokoh masyarakat, serta alumni sepuh KH. Mahmudi Rais Syuriyah MWC Pakis Aji, KH. Mukari Rais Syuriyah Ranting NU Ngabul.

Dalam diskusi yang dipandu oleh Ustazd H. Syakirin, terungkap bahwa Madrasah Masalikil Huda pada zamannya merupakan lembaga pendidikan terbaik dalam mengajarkan ilmu agama Islam dengan menggunakan kurikulum pesantren. Hal ini disampaikan oleh KH. Mukari Rais Syuriyah Ranting NU Ngabul, alumni Masalikil Huda tahun 1964.

“Pada saat itu belum ada lembaga pendidikan sebaik Masalikil Huda. Muridnya banyak yang berasal dari luar Desa Tahunan. KH. Mahmudi Rais Syuriyah MWC Pakis Aji salah satu teman angkatan saya yang berjalan dari desa Bulungan untuk menuntut ilmu di Madrasah Masalikil Huda. Bahkan ada teman saya yang sekolah naik kuda dari Desa Lebak bernama Tasno”, ujar Kiai Mukari dalam testimoninya.

“Saya tiap hari jalan kaki dari Kosari, Ngabul untuk sekolah di Madrasah Masalikil Huda. Pada saat itu masih di sekolah Mualimin, cikal bakal Madrasah Tsanawiyah Masalikil Huda. Setelah menuntut ilmu di Masalikil Huda saya diberi amanah oleh guru saya Kiai Ahmad Zawawi untuk mengajar”, lanjut Kiai Mukari.

Sementara itu, Dr. KH. Abdul Ghofur Maemoen berpesan kepada Masalikil Huda untuk tidak pernah meninggalkan tradisi pesantren dan halaqah seperti ini. Meskipun sudah menjadi lembaga pendidikan modern, namun profil kiai sebagai pemimpin spiritual harus tetap ada.

“Seperti halnya Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Meskipun telah menjadi kampus modern mereka tetap menjaga tradisi pesantren, dan mempertahankan kegiatan halaqah. Pemimpin tertinggi universitas pun bukan rektor, namun Syaikhul Azhar, Imam besar Al-Azhar. Yang posisinya di atas rektor, sekaligus pemimpin spiritual”, ujar Gus Ghofur, sapaan akrab KH. Abdul Ghofur Maemoen.

ua