blank
Sarang lebah klanceng yang terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang buatan WBP Lapas Kendal. Foto: Dok/Lapas Kendal

KENDAL (SUARABARU.ID) – Kawasan pembinaan Lapas Produktif Kendal seluas 7,5 hektar dimanfaatkan sebagai tempat pembinaan kemandirian warga binaan pemasyarakatan (WBP).

Lokasi kawasan pembinaan yang masih tergolong alami jauh dari kebisingan, dengan suasana udara masih segar sangat mendukung untuk mengembangkan budidaya pertanian, perikanan, maupun peternakan.

Dibawah arahan Kalapas Rusdedy, jajaran selalu didorong untuk terus berinovasi dan meningkatkan kompetensi dan kreativitasnya.

Salah satu inovasi yang tengah dikembangkan adalah budidaya lebah klanceng. Lebah yang dimaksud berjenis trigona leavicep yang memiliki ciri-ciri fisik lebih kecil dari lalat, berwarna hitam dan kakinya yang berbulu.

Staf Sub Seksi Kegiatan Kerja, Charandhi Mahendra mengatakan, alasan memilih budidaya lebah klanceng, karena pemeliharaan tergolong mudah dan tidak memerlukan lahan yang luas.

“Pemeliharaan lebah ini tergolong mudah, sebelum melaksanakan budidaya harus disiapkan sarang dan vegetasi alami untuk lebah,” kata Charandhi, Sabtu (1/10/2022).

Tempat untuk sarang lebah sendiri terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang dengan lebar 15 cm, panjang 35 cm, dan tinggi 15 cm. Kemudian salah satu sisi diberi lubang yang digunakan sebagai tempat keluar masuk lebah, serta di bagian atas diberikan plastik untuk memantau dan mengontrol perkembangan lebah.

Charandhi menjelaskan, kriteria vegetasi yang baik untuk lebah memerlukan tiga unsur, yakni menghasilkan nektar, serbuk sari dan getah. Serbuk sari berfungsi sebagai sumber makanan lebah klanceng, sedangkan getah berguna untuk pembuatan sarang.

“Vegetasi yang sudah dibudidayakan di Lapas Terbuka Kendal antara lain tanaman air mata pengantin, jambu air dan belimbing,” jelas Charandhi.

Disebutkan, Lapas Terbuka Kendal saat ini sudah memiliki 20 kotak sarang lebah klanceng. Untuk 1 kotak sarang terdapat satu ratu lebah dan koloni. Agar tidak mengganggu perkembangan lebah dalam satu kotak sarang harus dihuni 1 ratu lebah, sehingga tidak terjadi perpecahan koloni lebah.

“Pemanenan madu dilaksanakan setelah 4-6 bulan pemeliharaan, satu kotak sarang dapat menghasilkan madu minimal 150 ml,” ungkap dia.

Menurutnya, dengan budidaya lebah klanceng tentunya menambah ilmu dan bekal keterampilan bagi warga binaan. Lebah klanceng juga dapat dibudidayakan pada sektor rumahan, sehingga WBP yang kelak bebas bisa menerapkan ilmu dan keterampilan yang didapat tanpa harus mempunyai lahan yang luas.

“Yang terpenting, vegetasi untuk lebah tersedia dan memenuhi tiga unsur yang berfungsi untuk perkembangan lebah,” pesan Charandhi.

Sementara itu, Kepala Seksi Pembinaan Narapidana/Anak Didik dan Kegiatan Kerja, Jonet Darmawan Adi menyampaikan, inovasi pembinaan kemandirian sangat luar biasa. Budidaya madu klanceng selain mudah, produk yang dihasilkan juga bermanfaat bagi kesehatan.

“Harapan kami, setelah warga binaan selesai menjalani masa pembinaan dapat menerapkan ilmu dan keterampilan yang didapat,” ujarnya.

Menurut Jonet, salah satu contoh budidaya madu klanceng ini, selain bermanfaat bagi warga binaan, produk madu klanceng juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Ning Suparningsih