WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Dampak terjadinya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), belakangan memunculkan antrean di sejumlah pompa bensin atau SPBU. Ini mencerminkan fenomena nasib masyarakat yang belum berkemakmuran.
Makmur, dapat diartikan bahwa seluruh barang untuk menjamin kehidupan, terpenuhi secara merata sehingga seluruh masyarakat memiliki kemampuan untuk memenuhinya.
Fenomena antrean seperti itu, mengingatkan kejadian di era tahun 1950-1960 an. Ketika itu, masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, selalu ngantre karena stok barangnya terbatas.
Kini, masyarakat konsumen BBM mengeluh. Kata mereka, datang ke SPBU ingin membeli kontan, tidak ngebon, masih ngantre lagi. Tapi tiba gilirannya, hanya diperbolehkan membeli solar atau pertalite Rp 100 ribu. Bahkan ada yang ditolak, dengan alasan telah habis.
Ketua Komisi I DPRD Wonogiri, Bambang ‘Kingkong’ Sadriyanto, menyebutkan, pelayanan seperti itu jelas mengecewakan konsumen. Bayangkan, tandas Bambang, manakala konsumen ingin bepergian jauh semisal Wonogiri-Surabaya, beli BBM-nya dibatasi hanya Rp 100 ribu. ”Wajar kalau kemudian mengeluh,” ujarnya.
Rawan Permainan
Menurut Bambang, pelayanan seperti ini rawan memunculkan permainan ‘salam tempel’ pada transaksi BBM. Tidak tertutup kemungkinan, ada konsumen kemudian ‘main mata’ rela memberikan tip uang tambahan, demi pmarih mendapatkan pelayanan pembelian sesuai permintaannya.
Ketua DPRD Wonogiri, Sriyono, menyebutkan, manakala terjadi tidak seimbangnya antara suplly and demand, di situ akan rawan terjadi pelayanan yang diskriminatif dan merangsang kemunculan praktik ‘tahu sama tahu.’
Sriyono, memberikan penjelasan kepada awak media dengan didampingi Wakil Ketua DPRD Wonogiri Siti Hardiyani bersama Ketua Komisi I Bambang Sadriyanto dan Ketua Komisi IV Catur Winarko. Lebih jauh dia menegaskan, legislatif di daerah tidak memiliki kewenangan dalam menyikapi kebijakan BBM.
”Tapi manakala ada aksi demo soal BBM ke sini, kami wajib untuk menanggapinya secara baik,” tegas Sriyono. Kepada para anggota DPRD Wonogiri, diserukan untuk bersikap tanggap dalam menerima aksi pendemo. Hal ini penting, sebagai bagian dari upaya mengendalikan agar massa pendemo tidak beringas, ngamuk atau bertindak anarkis.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, jajaran TNI di tingkat Koramil dan personel kepolisian di Polsek di Wonogiri, mengaktifkan patroli ke objek vital (Obvit) termasuk ke pompa bensin SPBU.
Bambang Pur