SEMARANG (SUARABARU.ID)– Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan intervensi, untuk menstabilkan harga pangan pokok strategis. Selain operasi pasar, juga dilakukan fasilitasi distribusi, untuk memotong rantai pasokan di pasaran.
Dengan mekanisme ini, petani tetap akan mendapat harga bagus, dan konsumen tidak tercekik dengan harga yang mahal.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jateng, Dyah Lukisari mengatakan, fasilitasi distribusi dilakukan untuk delapan pangan pokok strategis. Selain cabai dan bawang yang kini harganya naik drastis, upaya ini juga diterapkan untuk beras, telur, gula, minyak, sayur dan jagung serta daging sapi. Total fasilitasi distribusi yang telah dilakukan mencapai 1.308.596 kilogram.
BACA JUGA: Tilik Perbatasan, Gubernur Serius Atasi Masalah Warga Hidup Layak
Delapan komoditas pangan pokok strategis itu, disalurkan pada beberapa kota yang mengalami kenaikan harga tinggi. Di antaranya Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, dan peternak ayam di Kendal.
”Fasilitasi distribusi yang kami lakukan, dengan menyubsidi terkait proses transportasi, bongkar muat dan packing,” kata Dyah dalam keterangannya di Semarang, Kamis (21/7/2022).
Dengan upaya itu, petani tidak dirugikan. Karena pembelian sesuai dengan harga yang berlaku di pasaran. Sedangkan konsumen tidak dicekik harga terlalu mahal, sebab biaya distribusi telah terpangkas.
BACA JUGA: Polisi Tangkap Buruh yang Diduga Jual Sabu
Dyah menambahkan, Dishanpan Jateng akan melakukan kerja sama dengan PD Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT) selaku BUMD, untuk menyalurkan produk pangan strategis ke konsumen, melalui fasilitasi distribusi. Dengan hadirnya CMJT, diharapkan bisa memotong rantai distribusi.
”Ini akan terus kami lakukan. Sumber anggaran kami selain dari APBD, juga dari pusat. Dalam hal ini Badan Pangan Nasional (Bapanas). Karena kadang kita mengambil harga pangan pokok strategis dari luar provinsi,” sebutnya.
Selain fasilitasi distribusi, Dishanpan juga melakukan operasi pasar. Terakhir, operasi pasar yang dilakukan bekerja sama dengan Bank Jateng dan PD CMJT. Total ada 85 ribu kg komoditas berupa cabai, bawang merah dan jagung, yang intervensi pembeliannya oleh Pemprov Jateng.
BACA JUGA: Penting, Sokongan PBB P2 untuk Pembangunan Daerah
”Subsidi yang bekerja sama dengan Bank Jateng dan CMJT dilaksanakan di lima titik, yang menjadi pantauan barometer inflasi. Seperti di Kota Semarang, Cilacap, Banyumas, Kota Tegal dan Kota Surakarta. Ini dilakukan untuk stabilisasi pasokan, supaya harga bisa turun, karena sekarang harganya sudah melebihi acuan pemerintah,” imbuhnya.
Dengan mekanisme itu, pemerintah bisa memengaruhi psikologis pasar, agar tidak ada tengkulak yang mempermainkan harga.
Sedangkan Kabid Distribusi dan Cadangan Pangan Dishanpan Jateng, Sri Broto Rini menambahkan, kenaikan harga beberapa kebutuhan pangan pokok strategis itu disebabkan, karena anomali cuaca. Hal ini mengakibatkan produksi sentra penghasil pangan pokok tidak maksimal.
BACA JUGA: Ketika Sampah Menjadi Berkah Berkat Teknologi RDF
”Selain itu, Jateng sebagai penyangga pangan Nasional, juga menyuplai kebutuhan di daerah lain. Sebenarnya produksi kita surplus, namun sekitar 50 persen beredar ke daerah lain, seperti Jakarta, Padang, Riau dan Lampung,” ujarnya.
Data dari Dishanpan Jateng menyebutkan, ketersediaan pangan pokok strategis di Jateng memang berlimpah. Seperti beras yang ketersediaannya mencapai 6.395.305 ton, sementara kebutuhannya hanya 4.556.070 ton.
Lalu bawang merah tersedia 282.116 ton sedangkan kebutuhannya 178.962 ton. Begitu pula ketersediaan cabai besar yang mencapai 185.343 ton dan cabai rawit 207.120 ton.
”Masyarakat saat ini tidak usah panik, belanja secukupnya. Posisi sekarang pada akhir Juli hingga Agustus, akan masuki panen bawang merah, harga akan mulai turun. Begitu pula cabai yang produksinya sudah merangkak naik terus memenuhi kebutuhan pasar,” pungkas Rini.
Riyan