blank
Pengunjung harus menunggu karena Pak Muri melayani banyak pelanggan. Sebelum sampai giliran, bisa mengunyah kerupuk lebih dahulu. Foto: Widiyartono R.

Bakmi Toping Brutu

Masakan bakmi tempat satu dengan daerah lainnya memang umumnya berbeda. Yang khas dari bakmi Pak Muri ini adalah topping-nya. Pemesan tidak memilih, daging ayam bagian mana yang akan dijadikan topping.

Baca juga Wisata Pakai Mobil Camat VW Safari di Borobudur, Sensasi Mengunyah Kopi dan Gula Jawa

Ada brutu (punggung belakang ayam), rongkong (leher sampai perut bawah depan), kepala, atau ampela-hati. Daging bertulang yang sebelumnya memang sudah matang ini, dimasukkan ke dalam bakmi yang sedang dimasak. Dengan demikian bumbunya makin meresap, dan dinikmati dalam keadaan panas. Wow…..

“Saya pasti memilih bakmi dengan brutu kalau mampir ke sini. Ini khas, tidak ada di tempat lain,” ujar Amir Machmud, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi Jawa Tengah.

Selain masakan bakmi goreng atau godhog (rebus) tentu ada juga nasi goreng yang juga…. Nyam nyam nyam…. Memasaknya masih menggunakan api arang. Setidaknya, pengunjung akan merasakan sensasi yang berbeda, bila dibandingkan dengan yang dimasak menggunakan api gas.

Minuman yang tersedia, standar lah. Ada teh panas, es teh, jeruk panas, es jeruk. Untuk teman makan minya juga ada kerupuk.

Menurut Pak Muri, rata-rata tiap hari dia bisa melayani sekitar 300-an porsi, baik mi maupun nasi goreng. Ya, meskipun di kawasan wisata, pernah melayani artis top dan para pejabat penting, tetapi harganya sangat terjangkau. Masih di angka belasan ribu rupiah per porsi, dan porsinya memang cukup mengenyangkan.

Nah, kalau datang ke Borobudur malam-malam, jangan lupa singgah di sini. Di pinggir jalan raya utama dari arah Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Wis to pokoke……

Widiyartono R.