Amir Machmud NS
Malam Seribu Bulan
pernahkah engkau sengaja menanti
angin mengalir di malam seribu bulan
dengan berserah sepenuh selaksa doa
dengan sekhuyuk rasa menderas jutaan makna?
ah, takkan kujaring untung-rugi dengan transaksi ribuan tafakur
biarlah malaikat yang bijak berbagi hikmah
: untuk siapa eksotika udara dia resapkan
untuk siapa sepoi lembut angin dia embuskan
untuk siapa cahaya jiwa dia satukan
untuk siapa cerah makna dia pancarkan
untuk siapa ayat-ayat penanda dia hadirkan
: untuk siapa pula elok malam seribu bulan dia persembahkan
pasrahlah, sepenuh kita pasrah
ikhlaslah, seluas kita bermunajat
dalam hening, hadirlah yang jiwa rasakan…
(27-04-2022)
Amir Machmud NS
Angin Memadamkan Desir
engkaukah yang meringkus senja dengan langit makna?
: seperti tak memberi garis tepi
tak menyilangkan tanda henti
bagai tak memortal jarak hati
kepada siapa angin memadamkan desir
: memalingkan mata dari hasrat
menjauhkan rasa dari kesumat
mendekatkan waktu dengan kodrat?
engkaukah yang bersungguh-sungguh memejam mata mereduksi cahaya
: pada titik kesadaran
pada puncak kegalauan
pada muram pencarian?
sesetia itu jingga mewakili sore buta
: dia usung ketemaraman
merekam rangkaian jalan
mengempas ke relung keterjagaan
mata langit memakna di tepi senja
lihatlah leret horison tanpa batas
memijarkan cahaya tak pernah lunas.
(2022)
Amir Machmud NS
Kesetiaan Hujan, Angin, dan Langit
seperti hujan ingin menuntaskan angan curahnya
seperti angin tak henti mengembuskan lembut atau amarahnya
seperti langit betapa sabar menanti lengang arakan awan
tak kau simakkah perca rindu dalam kristal kesetiaan
yang memukim di luas langit jiwa
berbasahan bersama hujan
beriuh rendah dengan siul angin
meriung dalam pias wajah langit
ayolah singkap selimut kabut
bergerak bersama waktu tak berukur
temukan seluas itu kesabaran sampai awan pun bergegas menyingkapkan biru langit tak terhalang
seperti hujan
seperti angin
seperti langit
dingin kabut pun tak kuasa melelehkan kesetiaannya…
(2022)
Amir Machmud NS
Menyelam di Kedung Bening
takkan kubuat telaga bening menjadi kedung muram
akan kujadikan dia sendang waktu dengan sejernih-jernihnya cermin langit
wajahku bergeriap dalam cahayanya
kubenamkan waktu untuk berendam dalam sejuk, sepanjang apa pun
kucecap sebagai sumber cinta
kualirkan sebagai pori-pori rasa
kuhayati sebagai jiwa
takkan kulepas sedikit pun waktu dari hening kedung rindu
tak henti kutengok hati
tak henti membawa rasa menyelam di terang kedalaman
sebening itu
selapang itu
sebiru itu…
(2022)
— Amir Machmud NS, wartawan dan penyair, tinggal di Semarang. Dia telah menerbitkan lima antologi tunggal. Puisi-puisinya juga tersebar di sejumlah antologi bersama dan beberapa media.