WONOSOBO(SUARABARU.ID)- Sebanyak 101 anak balita di Desa Pagerejo Kecamatan Kertek Wonosobo Jawa Tengah mengalami stunting. Selain itu desa di kaki Gunung Sindoro itu juga masuk kategori kemiskinan ekstrem.
Hal tersebut terungkap saat Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat dan jajaran Forkompimda setempat menggelar tarawih keliling (tarling) di Dusun Pager Sampang Desa Pagerejo.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.
“Ada 101 anak yang alami stunting di Desa Pagerejo. Ini informasi dari pemerintah desa dan kecamatan, jelas harus ada upaya yang lebih kuat untuk memperbaiki kondisi itu,” ungkapnya.
Menurutnya, pemerintah dalam momentum ramadan menggelar tarawih keliling untuk melihat secara langsung kondisi 25 desa dengan kemiskinan ekstrim dan juga stunting di Wonosobo.
“Desa Pagerajo merupakan salah satu target. Kami melihat dan mendengar apa yang menjadi keluhan warga terhadap program pemerintah. Kami juga minta dukungan agar upaya pengentasan kemiskinan yang masih tinggi bisa ditangani secara bersama,” katanya.
Dijelaskan, bahwa pemerintah Desa Pagerejo dan Pemkab Wonosobo telah melakukan intervensi untuk menekan jumlah stunting di Desa Pagerejo. Salah satunya dengan memberikan program makanan tambahan selama tiga bulan berturut-turut.
“Karena stunting ini problem soal gizi dan budaya makan, maka kami lakukan intervensi terhadap pola makan dengan memberi makanan tambahan untuk 101 balita yang alami stunting,” tandasnya.
Kemiskinan Ekstrem
Sementara itu, Camat Kertek, Singgih Kuncoro mengemukakan bahwa, Desa Pagerejo merupakan salah satu desa dengan angka kemiskinan tertinggi yang ditandai dengan jambanisasi yang masih buruk.
Selain itu, imbuhnya, juga jumlah penerima program bantuan yang masing tinggi, angka stunting yang masing tinggi dan juga angka melanjutkan sekolah yang masih rendah.
“Jumlah warga miskin ekstrim mencapai 53 KK. Sedangkan untuk balita sunting mencapai 101 anak. Kondisi tersebut harus segera diatasi agar peringkat kemiskinan ekstrem dan kasus stunting bisa turun lagi,” katanya.
Menurutnya, dengan predikat desa kemiskinan ekstrim, pihaknya meminta pemerintah desa tidak lantas menjadi putus asa. Namun justru sebaliknya, semakin bersemangat untuk memperbaiki kondisi desa. Sebab tugas utamanya semakin jelas.
“Ini tugas bersama, sehingga diharapkan ada koordinasi lebih kuat antara pemerintah kecamatan desa dan kabupaten, supaya angka kemiskinan bisa ditekan,” pungkasnya.
Muharno Zarka