blank
Ilustrasi keistimewaan Ramadan. Foto: Blibli.com

blank

Oleh: KH Syekh Sholeh Basalamah

blank
KH. Syekh Sholeh Basalamah. Foto: NU Onilne

SELURUH umat Islam hendaknya merespon bulan puasa (Ramadan). Karena pada bulan Ramadan banyak terdapat berbagai keistimewaan bila dibandingkan dengan puasanya umat-umat sebelum Nabi Muhammad SAW.

‘Jika kita kaji dari ayat-ayat Allah SWT dan Sabda Nabi SAW, kita wajib bersyukur. Karena bagi kita umat Nabi Muhammad SAW, ada nilai istimewa tersendiri bila dibandingkan dengan umat-umat terdahulu’

Dalam hadits Nabi yang diriwayatkan Imam Al-Baihaqi dan Imam Ahmad, Nabi menerangkan, jika Ramadan itu sebagai bulan yang penuh rahmat, bulan yang penuh barokah, bulan yang penuh ampunan Allah SWT, bulan yang segala doa diijabahi, dan bulan yang pahala amal kita dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Amal sunnah saja, pahalanya seperti amal wajib, tidurnya saja dinilai ibadah, diamnya kita dibulan Ramadan dinilai bertasbih, apalagi jika kita bertasbih.

Karena istimewanya bulan Ramadan, sampai Rasulullah SAW bersabda ‘Man khurima khaeruha fakhod khurim’, orang yang di bulan Ramadan tidak mendapatkan rahmat, tidak mendapatkan barokah, tidak mendapatkan maghfiroh, tidak mendapatkan kebaikan, maka orang tersebut berarti hatinya tertutup.

Supaya kita bisa mewujudkan kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh Allah SWT, hendaknya di bulan Ramadan ada perubahan, jangan sama. Dengan kita berubah pada bulan Ramadan, maka efeknya untuk seterusnya.

Dalam hadits Nabi, orang yang dipandang oleh Allah SWT dengan pandangan rahmat, maka orang tersebut tidak akan menjadi orang sengsara selama-lamanya dunia akherat. Jadi, Ramadan menjadi bulan yang menentukan, apakah akan menjadi bahagia atau sengsara.

‘Maka, kita harus mempersiapkan diri, dengan merespon datangnya bulan Ramadan dan harus mengubah diri’.

Umat muslim jangan sampai masuk kedalam golongan orang yang tidak mendapatkan kebaikan, orang yang hatinya tertutup.

Lalu, orang seperti apa yang tidak mendapatkan kebaikan di bulan Ramadan? Yakni orang yang puasanya hanya lapar perutnya, dan hanya haus lehernya.

Supaya bisa mewujudkan kebaikan-kebaikan dari Allah SWT, ajaklah mata kita puasa, ajaklah telinga kita puasa, jangan mendengar sembarangan. Ajaklah lisan kita puasa, lidah kita jangan suka mengumpat, ngrasani dan membicarakan hal-hal jelek.

‘Jafar Asshodiq meriwayatkan, orang yang punya azam atau niatan dalam bulan Ramadan untuk menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, akan ditindaklanjuti setelah bulan Syawal dengan kebaikan-kebaikan berkelanjutan, maka dia beruntung’.

Namun bila berniat puasa untuk menghentikan kemaksiatan hanya pada bulan puasa saja, yang berhenti maksiat namun kembali maksiat pada awal Syawal akan dimulai, maka dia gagal memaknai puasa.

‘Berapa banyak yang berpuasa hanya mendapatkan haus dan lapar, golongan inilah yang tidak beruntung’.

KH Syekh Sholeh Basalamah, Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Jatibarang, Brebes. (Sumber: NU Online)