JAKARTA (SUARABARU.ID)- Psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener mengatakan, orang tua perlu membangun koneksi atau hubungan yang baik dengan anak agar si buah hati tak kecanduan gadget.
Menurutnya, anak yang kecanduan gadget menandakan bahwa dia tidak memiliki koneksi yang baik dengan orang sekitar termasuk orang tua.
“Jadi, gadget itu pelarian anak-anak karena dia tidak mendapatkan koneksi. Sama orang tua enggak dapat, sama teman-temannya juga enggak dapat. Tapi dengan gadget, dia ada interaksi dengan game-nya, dengan tontonannya, yang membuat dia punya pertanyaan dan tertarik dengan sesuatu,” kata Samanta dalam sebuah acara virtual pada Kamis (31/3/2022).
Baca Juga:Sinopsis Film ‘Baby Blues’, Angkat Lika Liku Kehidupan Orang Tua Baru
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membangun koneksi yang baik dengan anak, ujar Samanta. Misalnya, dengan membacakan buku-buku yang menarik dan dapat meningkatkan rasa ingin tahu serta membuat anak tergerak untuk mengamati lingkungan sekitar.
Jika anak sangat sulit untuk lepas dengan gadget, Samanta menyarankan untuk mengajak anak bermain gadget di beranda rumah. Kemudian, alihkan perhatiannya secara perlahan.
“Jadi bawa ke luar rumah dulu biar dia menikmati area di luar. Lama-lama kita alihkan, misalnya ‘eh, di sana ada burung, liat deh’. Jadi kita alihkan pelan-pelan supaya matanya enggak ke gadget terus. Kalau langsung dipaksa, nanti dia antipati dengan kegiatan di luar rumah,” ujar Samanta.
Baca Juga: Diet Saat Puasa, Kenapa Tidak?
Setelah itu, lanjut Samanta, orang tua bisa mulai mengajak anak untuk bermain di sekitar rumah seperti bersepeda atau berjalan kaki. Kemudian, berikan anak tantangan yang bisa membuat dia memperhatikan lingkungan sekitar.
“Misalnya, nanti kalau ada rumah catnya warna merah, kita hitung, yuk, ada berapa. Jadi dikasih challenge supaya dia memperhatikan sekitarnya dia,” imbuh Samanta.
Kemudian, lanjut dia, barulah batasi penggunaan gadget setiap hari sesuai kategori usia anak dan mendiskusikan kegiatan yang bisa dilakukan bersama, serta aturan-aturan yang di dalamnya terdapat reward (hadiah) dan punishment (konsekuensi).
Baca Juga: Lima Olahraga Ringan Saat Jalankan Puasa
Namun, Samanta mengingatkan bahwa konsekuensi harus merupakan sesuatu yang membangun karakter anak, bukan menghukum. Menurut dia, hukuman justru akan membuat anak menjadi benci pada orang tuanya dan semakin menghilangkan koneksi dengan orang tuanya.
“Misal dia main gadget lebih dari waktu yang disepakati, dihukum lihat tembok satu jam. Itu tidak akan membuat anak jera. Tapi, konsekuensi jika main gadget lebih dari satu jam, berarti besok tidak ada waktu main gadget tapi baca bukunya lebih banyak,” ujar Samanta.
“Kalau anak sudah ada koneksinya dengan orang tua, kita ngomong apa pasti didengerin, kita enggak usah pakai teriak-teriak,” pungkasnya.
Ant-Claudia